Monday, August 27, 2018

Piknik Tipis dan Survey Sekolah untuk Rania

August 27, 2018 4 Comments
[tjurhat alert]

Petualangan mencari pendidikan terbaik itu pun dimulai...


Apa yang terlintas dalam benak kita saat anak pertama mulai masuk usia sekolah? Senang karena akhirnya ada sedikit spare waktu untuk me time? atau mellow karena merasa waktu cepet banget berlalu dan belum melakukan banyak hal di usia yang kemarin-kemarin? Buibu masuk #timsenang atau #timmellow? Kalo saya sih no wonder ya, udah bisa ditebak, pasti masuk #timmellow wqwqwqwqwq. Orang tua dengan karakter melankolis cem saya gini seringkali sekolah belom mulai aja, dah banyak yang dipikir duluan XD


Lumayan lama saya menimbang bakal masukin Rania ke sekolah yang seperti apa. Dengan pilihan yang ada di Bandar Lampung tentunya. Termasuk membahas soal kemungkinan suami pindah ke daerah lain yang peluangnya sangat besar dan bisa terjadi kapan saja. Kepindahan suami yang bisa jadi bukan ke kota, tapi ke pabrik yang letaknya di dusun dan gak banyak pilihan sekolahnya. Harus siap mental dari sekarang dan juga siap plan A plan B.

Memang umur Rania berapa kok mamake mulai survey sekolah? Baru 3 tahun 4 bulan sih. Belum pengen saya sekolahin, tapi survey harus mulai jalan dari sekarang, penasaran euyy XD


Jadi sepagian sampai sesiangan kemarin, kami piknik tipis sembari mengunjungi 2 calon kandidat kuat sekolah yang menurut banyak orang "oke". Bukan oke menurut saya, karena liat tempatnya aja baru kemaren, xixixi. Secara keseluruhan tipikal TK nya sama. Saya pilih yang mengajarkan basic agama. Karena sadar diri pengetahuan agama saya kurang banget. Pengennya dengan menyekolahkan Rania, saya juga jadi ikut belajar banyak hal gitu.. Dan menurut saya sia-sia aja sih kalo milih TK yang happy-happy thok. Sayang karena otak anak-anak mudah menyerap banyak hal dan fitrah keimanan mereka harus banget ada penyalurannya.


Dari dua sekolah tadi, dua-duanya punya basic agama, tapi yang jadi fokus, beda. Tercermin sekilas dari visi, misi dan beberapa kegiatan yang ditulis dalam brosur mereka. Untuk harga, gak jauh beda. Sekolah qualified jaman sekarang memang mayan nguras kantong ya makkssss XD

Percaya nggak sih, ngeliat brosur doang aja pikiran saya udah kemana-mana banget loh. Sungguh melankolis paripurna, wqwq. Dan karena belum puas, jadi dalam beberapa hari ke depan saya akan melakukan beberapa hal sebagai berikut:

~ Melihat langsung saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di sekolah.
Cara gurunya mengajar, satu guru menangani berapa murid, gimana cara mereka menghadapi permintaan anak-anak yang kadang absurd, menanggapi 'pekerjaan' anak, menumbuhkan semangat belajar dan cara mereka mengenalkan anak pada Allah, mencintai sekaligus 'takut' Allah. Banyak bermainnya atau duduk rapi jali di kelas. Jadi rencananya saya bakal kepo pas jam pelajaran berlangsung, xixixi. Semoga kelihatan ya.

 
~ Mempertimbangkan mau lebih fokus kemana. Apa yang kira-kira masih bisa dan kurang bisa saya back up di rumah
Cek kurikulumnya, harus ada nilai tambah pendidikan yang lebih dari yang biasa Rania lakukan di rumah. Detail kegiatan harian dan kegiatan tambahan. Menekankan pada proses belajar atau hasil. Ekstrakurikuler bisa jadi pertimbangan juga.

~ Simulasi jarak dari rumah ke sekolah 
Penting supaya 'supir'nya inih bisa memperkirakan jarak tempuh, xixi. Dan supaya gak bosen karena kelamaan di jalan.

~ Mendengarkan testimoni beberapa orang tua murid
Soal gimana mereka juga diajak untuk sama-sama mendidik anak di rumah, perubahan perilaku dan pola pikir anak setelah sekolah disitu. Kecapekan banget atau nggak. Banyak PR apa nggak, xixixi. Tentang guru-gurunya, fasilitas dan maybe 'update-update' terbaru, if you know what i mean, hehe. 

~ Cek fisik bangunan
Survey pertama kemarin, saya belum sampai mengecek kamar mandi dan fasilitas penunjang lain. Baru sekedar liat tempat bermain dan ruang kelasnya. Next, bakal lebih detail. Ohya, saya gak masalah sama sarana bermain yang terbuat dari besi atau kayu, memang ini ngaruh ke safety ya. Tapi buat saya ada yang lebih penting dari itu. Jadi gak prinsipal cari sekolah yang materialnya terbuat dari kayu. Tapi saya harus tau penanganan yang sekolah lakukan saat ada anak yang cedera. Kemanan yang juga penting adalah soal akses gerbang sekolah, cara sekolah menangani penjemput anak dan makanan yang ada di sekitar.

~ Lihat outputnya
Ini bisa jadi subjektif sih ya. Cuma gak ada salahnya juga kan lihat kualitas para alumni. Duile, bahasa mamak nih 'universitas' banget gak sih? :'D

~ Istrikharoh 
Saat dihadapkan pada pilihan apapun, ini SOP yang harus kita lakukan. Semoga Allah mantapkan hati untuk memilih sekolah yang juga semakin mendekatkan kami sekeluarga pada Allah, aamiin.

 
Buibu yang anaknya udah sekolah, cerita dong... ceritain apa aja boleeee untuk insight mamak muda yang baru akan menyekolahkan anak pertamanya ini, hehehe. Rekomendasiin sekolah di Bandar Lampung juga boleh banget. Ngobrol di kolom komentar yahh.


Wednesday, August 22, 2018

Cara Mengolah Buncis Agar Tetap Hijau dan Renyah saat Ditumis

August 22, 2018 41 Comments
Setelah masak tumis tempe maranggi dan daging cabe ijo ala hokben saat Idul adha kemarin, saya kemudian puter otak, sayurnya apa nih, xixixi. Gak pengen ke pasar, karena stok kulkas masih penuh banget. Masak yang ada aja tapi pantes. Lalu keinget masih punya setengah kilo buncis, yes! Waktu beli, saya keingetan banget tumis buncisnya Rumah Kayu yang suami bungkusin untuk di rumah setelah blio rapat disitu. Begitu saya makan, awwwwww kresss kresss manis banget, masih terkagum-kagum sampe sekarang, kebayang enaknya, huhu. Saya tertantang juga pengen bikin kek gitu. Kerenyahan yang paripurna, wqwq.

Cara mengolah buncis agar tetap hijau dan renyah saat ditumis:

~ Pilih buncis yang masih muda, berwarna hijau segar, berukuran sedang dan biji-bijinya tidak terlalu menonjol
~ Potong ujung-ujung buncis yang bentuknya mirip seperti ekor (jangan sampai putus), lalu tarik pelan-pelan ke arah bawah supaya serat buncis ikut terambil
~ Cuci bersih
~ Potong-potong buncis sesuai selera, boleh agak menyerong, boleh lurus-lurus. Saya agak menyerong sih karena terobsesi dengan cah buncis rumah makan kemarin, hihi
~ Masak air di panci untuk merebus buncis
~ Siapkan es batu dan sedikit air dalam wadah yang lain
~ Setelah air mendidih dan bergolak, masukkan buncis yang sudah dipotong-potong, rebus sekitar 30 detik saja (jangan kelamaan)
~ Matikan api, tiriskan buncis, masukkan ke dalam wadah yang berisi es batu dan sedikit air
~ Tunggu sampai buncis benar-benar dingin

cara memasak buncis tetap hijau
Buncis saat dimasukkan ke air dingin, ijoooo.

~ Tiriskan dan siap diolah


Hasilnya? wihhhhhh kress kresss. Saya buat jadi tumis buncis dengan bumbu minimalis kemarin. Pakai bawang putih cincang, laos, daun salam, kecap, sedikit gula dan garam. Rasa memang belum separipurna cah buncis ala resto yang saya makan waktu itu. Tapi untuk kres kress nya udah dapet banget, yeayy! Kerenyahan yang HQQ XD Saat ditumis, masaknya juga gak usah lama-lama. Cicipin dulu, kalo udah enak langsung deh matiin kompor *ya iyalah* hahaha.


cara memasak buncis tetap hijau
Tumis buncis hijau dan renyah


Sebelum melakukan cara ini, pastikan punya stok persediaan es batu di rumah yaa. Soalnya begitu ditiriskan dari air panas, buncis harus langsung dimasukkan ke dalam air es. Kalo belum ada es batu, yuuk bikin duluuu, hihihi. Selamat mencoba, semoga tips nya bermanfaat.



Tuesday, August 21, 2018

Rahasia Tumis Sapi Cabe Ijo ala Hokben

August 21, 2018 0 Comments
Menu pertama yang saya pikirin untuk lebaran haji justru makanan yang sekiranya gak buat gigi saya sakit, xixixi. Dan jadilah tumis tempe maranggi yang udah pasti empuk dengan rasa manis-manis pedes. Yumm! Barulah setelah itu saya mikirin masak daging karena kebetulan juga masih ada stok daging sapi di freezer. 

Awalnya pengen telpon Mamah untuk nanya resep daging cabe ijo seperti di masa kecil saya dulu. Tapi posisi Mamah sedang dalam perjalanan menuju Lampung dari Malang. Kkhawatir mengganggu, saya searching-searching aneka masakan daging sapi di gugel. Kriteria resep yang akan saya pilih sudah pasti resep olahan daging sapi yang praktis. Sederhana tapi enak dan bahannya gak mengada-ada *banyak mau, hahaha* Lalu akhirnyaaaa nemu resep tumis sapi cabe ijo ala Hokben di cookpad Mb Meylisha. Langsung liat komposisi bahannya apa aja. Yeaayy ada semuaa. Memang ada beberapa bumbu gak biasa sih yang saya stok di dapur buat coba-coba resep, semisal kecap inggris dan minyak wijen. Beli yang ukuran kecil aja. Alhamdulillah yaa kepake lagi sebelum datang masa expired-nya, wakakakak.
resep olahan daging sapi

Tumis Sapi Cabe Ijo ala Hokben
 recook by me

Bahan:
250 gr daging sapi (has dalam/sengkel), iris tipis
1 siung bawang putih, cincang halus
1/2 bawang bombay, iris
3 iris kecil jahe
Secukupnya cabe hijau besar, iris serong
Secukupnya air (100-200 ml)

Bumbu marinasi/rendaman:
1 sdt tepung sagu
1 sdt kecap asin
2 sdt kecap manis
1 sdt saus tiram
1 sdt kecap inggris
1/2 sdt minyak wijen
1/4 sdt lada bubuk
1/4 sdt gula pasir
1/4 sdt garam

Cara membuat:
~ Siapkan wadah kedap udara. Masukkan daging dan bumbu marinasi. Aduk rata. Simpan di kulkas minimal 1 jam
~ Tumis bawang putih, sebagian bawang bombay dan jahe sampai harum
~ Masukkan daging yang telah dimarinasi. Tumis dengan api besar sampai berubah warna
~ Masukkan air secukupnya. Kecilkan api
~ Masak sampai air sedikit menyusut. Masukkan cabe ijo dan sisa bawang bombay. Aduk rata. Tumis lagi sebentar. Matikan api
~ Siap disajikan

Catatan dari cookpad Mb Meylisha:
Bawang bombay dan cabe ijo bisa aja dimasukkan semua di awal, tapi nanti bawang bombaynya jadi gak crunchy dan warna cabe ijonya butek.

_

Selesaaaiiiiii. Hasilnyaaaa wueeenaaakkkkk. Jujur saya sebenernya belum pernah makan Hokben, wakakakak. Tapi kata Mb Meylisha itu rasanya mirip Hokben. Saya pernah makan yang rasanya sejenis ini di resto dan rasanya mirip, huwaaa. Can't believe saya bisa masak makanan kelas resto, bahahah. Sampe suami bilang "Buka PO aja Nda." Walahhhh, belum berani ah. Tangan saya suka gak konsisten soalnya. Hari ini enak, besok belom tentu, padahal resep sama X'D Bu ibu ada yang gitu juga gak sih? *kumencari teman* wqwq.

Oh ya, kalo masak dagingnya cukup banyak dan mau disimpan, saya rasa lebih baik masukin bawang bombay dan cabenya di awal aja supaya makanan gak cepet basi. Soalnya itu jatuhnya setengah mateng kann. Tapi kalo mau disajiin langsung cem di resto gitu, bolehlah pake cara Mb Meylisha. FYI, bawang bombay setengah mateng itu meninggalkan rasa agak langu tapi manis dan enak ya. Jadi balik ke selera masing-masing.


Masakan ini, Mb Meylisha bilang terinspirasi dari resepnya Xanders Kitchen yang hits di instagram. Resep asli udah saya screenshoot di atas ya, atau langsung follow IG @xanderskitchen aja. Memang gak persis sama. Ada cara yang berbeda saat proses marinasi. Disitu juga gak tertulis jelas takaran bumbunya. Saya gak pandai mengira-ngira, jadi saya pake cara Mb Meylisha aja. Terima kasih banyak resepnya ya mbakk. Yes yes kupunya resep andalah untuk olahan daging sapi.

Buibu yukkkk dicobaaa, worth it banget lah pokoknya! Semoga berhasil yaaaa :D


Monday, August 20, 2018

Semua Orang Bisa Masak Tumis Tempe Maranggi ala Heni Maria

August 20, 2018 1 Comments
Idul Adha tahun ini adalah salah satu momen emejing buat saya, haha. Iya karena ini pertama kalinya saya nyiapin masakan buat lebaran. Tahun-tahun sebelumnya, saya lebih sering 'numpang' makan di rumah Iyah (ibu saya) sesudah sholat Ied, xixixi. Pernah juga beberapa kali beli sarapan karena kami segera meluncur ke masjid yang agak jauh tempat hewan kurban kami dipotong. So, this time will be different and i'm so excited!

Jujur yang pertama kali saya pikirin bukanlah menu daging. Saya justru mikir masak apa nih ya supaya gigi gw gak sakit pas lebaran XD Dan terpikirlah ide cemerlang, AHA! Tempe aja deh. Tempe enak dimasak apa? Buanyaaak. Meski kelihatan sederhana, rasa tempe itu khas dan cocok dengan banyak bumbu. Yang bersliweran sih resep tempe kecap dan bacem tempe ya, tapi saya pengen yang beda. Pengen yang puedess puedess gitu semacam tempe penyet atau tempe orek pake rawit yang banyak. Tapi terus inget Rania. Huwaaa udahlah putar haluan masak yang manis-manis aja, supaya gak dua kali masak dan semuanya bisa makan, wkwk.

Resep Tumis Tempe Maranggi ala Heni Maria
recook by me

Bahan:
1 papan tempe, potong dadu
1/4 gula merah disisir
3 sdm air asam jawa
1 sdt kecap manis
cabai rawit sesuai selera

Bumbu halus:
5 siung bawang putih
4 butir bawang merah
1/2 cm jahe
1/2 cm lengkuas
1 sdm ketumbar
1 sdt garam
1 sdt merica 

Cara:
~ Goreng tempe setengah kering, angkat, tiriskan, sisihkan
~ Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan tempe, gula merah dan air asam jawa, aduk rata, beri kecap manis, masak hingga matang, angkat, sajikan dengan taburan cabai rawit potong

heni maria semua orang bisa masak
Tumis Tempe Maranggi, manis pedas :D

Ihiiyyy, hasilnya alhamdulillah enakk :D Seneng banget karena saya berhasil masak salah satu dari sekian banyak aneka kreasi masakan tempe, haha. Ini rasa bumbunya mirip sate maranggi, kuat di ketumbar, tapi isiannya tempe. Finishing taste nya manis ya, kalo mau pedes tinggal banyakin aja irisan rawitnya. Jatah punya Rania pisahin di awal, biar doi gak kepedesan, hihi. Setelah aman dengan menu tempe, barulah saya mikirin masak daging XD Btw ini bukan kali pertama saya recook resepnya Ci Heni Mari dari buku Semua Orang Bisa Masak, sebelumnya yang selalu jadi favorit saya adalah Oseng Cumi Asin Pete. Bedehhhh mantep banget lah, sangat gak disarankan buat yang lagi diet XD

Jadi gimana lebarannya gaes? Semoga happy semua yaa kumpul bareng keluarga. Salam sayang :) 

Friday, August 17, 2018

Breastfeeding 911 : Sukses Memberi ASI dalam Berbagai Kondisi

August 17, 2018 2 Comments
[a very long post, mending sediain cemilan dulu deh.]

Parenting Blogger Indonesia


Tiap mendengar kata-kata menyusui, pikiran saya seringkali otomatis flashback ke masa-masa awal menyusui Rania, tiga setengah tahun yang lalu. Alhamdulillah direct breastfeeding hampir gak ada masalah, tapi soal ASI perah, huhuhu, saya bahkan belum 'ngeh' merk pompa ASI mana yang cukup nyaman untuk memerah, padahal harus sudah kembali masuk kantor. Ckckck.


Seneng banget melihat beberapa tahun terakhir makin banyak komunitas, organisasi ataupun perusahaan yang mengadakan sharing tentang seluk beluk menyusui. Saya selalu dukung sratus persen acara-acara semacam ini karena menyusui punya peran penting di 1000 hari pertama kehidupan anak. Dengan akses informasi yang semakin mudah, semoga semakin banyak juga ibu-ibu yang berhasil memberikan ASI. Itulah kenapa saat tau ada acara Breastfeeding 911 yang diadakan oleh majalah Ayah Bunda dan Pigeon di Lampung, saya langsung mupeng banget pengen ikut. Ditambah lagi pematerinya dongg, dr.Tiwi ! Buibu yang hobi baca soal parenting di instagram pasti udah akrab sama nama dokter anak feverit para arteis ini :D


Pagi itu, Sabtu, 11 Agustus 2018, saya udah berusaha banget dateng ke Novotel sebelum jam setengah 10 teng demi dapet hadiah dari majalah Ayah Bunda *usaha bgt sist* Tapi sayangnya, udahlah berangkat nge-pas waktu, eh di jalan ada insiden suamik hampir nyenggol motor. Jadi gagal dateng in time. Kusyedih, namun yasudalaaaa~ Sesampainya di ballroom tempat acara berlangsung, saya dan teman-teman eksis blogger, langsung sigap foto-foto sebelum acara dimulai. Buat update status ya kaaannn, wk.

Foto komplit bareng manteman Tapis Blogger :D

Jumpa Pakar Breastfeeding 911 dimoderatori oleh Arif Tirtosudiro, seorang MC yang sukses bikin saya termotipasi untuk olahraga dan beli krim anti aging. Gimana nggak, anak gadisnya udah usia 15 tahun tapi tampilan masih seger bgt *huhu, cry* Selanjutnya acara dibuka oleh Mbak Gracia Danarti, selaku redaktur pelaksana majalah Ayah Bunda. Turut hadir pula bu wali, Eva Dwiana Herman HN yang sangat mengapresiasi kegiatan positif semacam ini. Bahkan di akhir sambutannya, Bu Eva sempet nyanyi dangdut yang intinya dukung ASI loh. Saya lupa liriknya, tapi lucuk sih, kreatif, xixixi.

Ibu Eva Dwiana Herman HN saat membuka acara Breastfeeding 911 di Hotel Novotel, Lampung
 
dr. I.G.A.N Partiwi, SpA, MARS : "ASI diciptakan sangat spesies spesifik"

Materi pertama disampaikan oleh dr. I.G.A.N Partiwi, SpA, MARS atau yang lebih dikenal dengan sapaan dr. Tiwi. Biasa cuma liat di instagram, liat langsung gini beda bgt euy. Dokternya cancik, mungil, cucok, hahaha. dr. Tiwi membuka presentasi hari itu dengan menekankan bahwa ASI diciptakan dengan sangat spesifik. Sama seperti air susu mamalia lain yang juga spesifik untuk spesies keturunannya. Kebayang kan, kalau bayi manusia langsung diberi susu sapi di awal kehidupannya? Pasti akan ada sesuatu yang missed (hilang) dan tidak sempurna.
Susu sapi untuk otot, ASI untuk otak.

dr. Tiwi saat menyampaikan materi
Perbedaan ASI dan susu sapi
Dilihat dari jumlah protein,  ASI memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan susu sapi. Namun, kandungan laktosanya lebih tinggi. Laktosa merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Jadi kasarnya, susu sapi tuh untuk otot, sedangkan ASI untuk otak. Anak belum mau kita jadiin Ade Rai sejak bayi kan? ckck. Kandungan protein yang lebih sedikit pada ASI sudah sangat sesuai dengan kebutuhan bayi karena lambung bayi yang baru lahir masih butuh proses penyempurnaan. Kelebihan protein justru akan membuat bayi rentan terkena alergi. Selain itu, lemak pada ASI mengandung DHA, AA dan lipase, sedangkan susu sapi hanya DHA dan AA saja. Saat usus belum sempurna, enzim lipase ini berfungsi membantu menyerap DHA untuk otak. Lha kalo gak ada kandungan enzim lipase nya? Coba dibikin kesimpulan sendiri, udah yaqin kan ASI yang terbaique?


Di masa awal menyusui, payudara akan mengeluarkan kolostrum. Jumlahnya hanya sedikit, sesuai dengan ukuran lambung bayi yang masih sangat kecil. Karena warnanya yang agak kekuningan, kolostrum sering dianggap sebagai susu basi yang harus dibuang. Padahal kolostrum memiliki banyak kandungan dan manfaat yang sangat penting. Saking pentingnya, bayi dengan kondisi tertentu yang belum bisa dirawat gabung dengan ibu karena adanya pemeriksaan lanjutan, tetap harus mendapatkan kolostrum dengan cara diperah dan diberikan melalui media spuit.




Kunci keberhasilan menyusui
Menyusui itu sebenarnya kemampuan natural. Jadi kita harus pede, insya Allah bisa menyusui eksklusif (tanpa tambahan apapun termasuk air putih) sampai usia anak 6 bulan dan dilanjut (dengan tambahan makanan pendamping ASI) sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Tapi selain pede, ada 3 hal yang bisa menjadi kunci keberhasilan menyusui. Yang pertama, edukasi antenatal. Kita harus banyak belajar soal pentingnya menyusui saat masih dalam masa kehamilan. Kenapa harus belajar? Karena sebagai ibu baru yang rasanya masih campur-campur, kaget iya, sakit iya, ngantuk dan capek iya, kalau gak banyak bekal ilmunya pasti akan gampang banget tergoda pake susu formula.

Yang kedua, Inisiasi Menyusu Dini. Menyusu ya, bukan menyusui. Jadi bayi yang diletakkan di dada ibu dan biarkan ia mencari sendiri puting ibunya. Bukan ibu yang menyodorkan puting untuk dihisap. Kalau kondisi ibu belum memungkinkan untuk IMD, bisa digantikan dengan ayah. KAGET GAK??? Seriusan inih bapak-bapak boleh nge-IMD-in anak jugak? Qiqiqiqq. Hari itu kami ditunjukkan video suami dari Olla Ramlan (tau kan yaa, Aufar Hutapea XD ) yang sedang meng-IMD-kan anaknya. Tujuan utama dari IMD ini salah satunya adalah merangsang refleks primitif pada bayi. Jadi boleh digantikan tugasnya oleh ayah. Tapi kalo kondisi ibunya memungkinkan jangan dikasihin ayah yaaaa. Nenen bapak-bapak kan gak ada kolostrumnyaa, wqwq. Pengalaman IMD bagi saya tiga setengah tahun yang lalu itu emejing banget, menyenangkan dan membuat ASI jadi lancar. Kita harus proaktif sama RS dan tenaga kesehatan yang menangani proses persalinan untuk meminta waktu buat IMD, minimal 60 menit. Mana tau mereka lupa ye kaan, meskipun ada poster IMD segede gaban di ruang persalinan.

Baca : Selebrasi 2 Tahun AIMI Lampung : Seminar Kesehatan bersama dr. Wiyarni Pambudi dan dr. Tan Shot Yen

Yang ketiga, posisi dan pelekatan. Harus sabar dan pelan-pelan belajar supaya posisi dan pelekatannya pas biar gak ada drama-drama lecet di awal menyusui. 

Nonton video IMD bayi baru lahir


Selain memberikan nutrisi terbaik dan kekebalan tubuh, menyusui juga merupakan proses stimulasi dan saat-saat kita membangun kelekatan dengan anak. dr. Tiwi berpesan agar buibu banyakin belajar saat masa-masa kehamilan. Kalo udah tiba waktunya menyusui, ya menyusui aja, jangan sambil nonton IG TV! ohkutersindir pemirsa yang budiman, uhuhuu. Semua perempuan dengan berbagai bentuk payudara, bisa menyusui btw. Size doesn't matters. Bentuk puting juga ga penting, karena bayi nyusu di aerola, bukan di puting. Untuk keberhasilan menyusui minimal sampai 6 bulan, dr. Tiwi menyarankan agar tidak memberi dot sampai bayi berusia 6 minggu. Saat daya tahan ibu menurun dan sakit, tetap berikan ASI. Karena saat itu ASI justru membentuk antibodi yang memberi perlindungan pada bayi. Sakit apapun boleh tetap menyusui, kecuali saat ibu menjalani kemoterapi atau mengidap penyakit HIV.

ASI eksklusif harus diiringi dengan evaluasi berat badan.

Presentasi dari dr. Tiwi hari itu ditutup dengan pesan bahwa ASI eksklusif harus diiringi dengan evaluasi berat badan. Ibu harus rutin mengecek kurva pertumbuhan. Kalaupun suatu saat memang dibutuhkan untuk menaikkan berat badan, gaess, susu formula itu bukan racun. Tapi harus konsul ke dokter dulu dan memang ada indikasi medisnya. Semoga anak kita sehat-sehat yaa. Jadi ga perlu sufor sampe usianya 2 tahun nanti, aamiin.

dr. tiwi
Selfie bareng dr. Tiwi. Posisi eik kurang strategis btw, xixiix



dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp. KFR : Keterampilan  Oromotor untuk Fungsi Menyusu

Saat pertama kali mendengar nama dan penyebutan gelar dr. Luh, saya bingung sih. Baru kali ini tau kalau ada spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Kira-kira bakal ngomongin apa di acara Breastfeeding 911 ini?

dr. Luh saat ini merupakan Kepala Departemen Rehabilitasi Medik, FKUI-RSCM sekaligus pengajar disana. Gayanya menyampaikan materi pagi itu santai dan keibuan banget. Entah kenapa, tiap kata-kata yang keluar bikin saya pengen nangis! huhuhu. Berbeda gaya dengan dr. Tiwi yang semangat berapi-api, dr. Luh ini ibarat oase di tengah padang pasir ya gaes, adem ~ Sumvah saking terpananya, catetan saya sampek kosong. Dan saya nyesel banget gak ngerekam kata demi kata yang beliau ucapkan, penguatan banget soalnya, beneraannnnnnn. Uwuwuwuwww pengen mengulang momen ndengerin dr. Luh lagik  ~
Menyusui itu harus sakral.

Pesan dr. Luh, gunakanlah saat menyusu itu sebagai saat yang sakral. Pernah ngerasa bete gak sih menyusui anak pas awal-awal lahir? Jujur saya pernah banget. Begadangnya itu loh.. hik. Apalagi pas Rania baru lahir, posisi menyusuinya harus duduk kan. Jadi hampir tiap malem, begadang nyusuin lalu tertidur dalam posisi duduk, paginya pinggang panass pegel bgt, mata panda, kangen bobo nyenyak, huhu. "Kalau dalam 3 bulan pertama semua terasa menyakitkan, that's normal. Jangan putus asa." gitu kata dr. Luh. Pengen meluk banget yhaaa T.T

breastfeeding 911
Foto bareng dr. Luh

Dalam proses menyusu, bayi belajar banyak hal. Itulah kenapa menyusu itu merupakan stimulasi penting di awal kehidupan mereka. Jangan dikira kita doang yang lagi penyesuaian, bayi juga loh! di dalam rahim mereka adem ayem, makan tinggal nunggu pasokan aja dari plasenta. Tetiba lahir ke dunia, denger banyak suara, ngerasain dinginnya kehidupan *halah* dan kadang jauh dari musik yang akrab mereka dengar setiap hari saat di dalam rahim, yaitu detak jantung ibunya. Itulah kenapa bayi sering nangis kalo harus jauh. Pengennya digendong terus, deket-deket ibunya terus, maunya nenen aja. Karena selain laper, mereka juga butuh rasa nyaman. Dan itu cuma ada di pelukan si ibu melalui proses menyusui. CRY akuh CRY. Saya curiga dr. Luh ini kesehariannya pasti puitis banget, entahlah, huhuhu. Kalo dulu kamu termasuk yang pernah nyerah saat menyusui atau kesel sama bayi yang posisinya susah gak pas pas, udah pasti bakal nangis denger dr. Luh hari itu.

Menyusui jangan takut goyor-goyor, itu cuma otot. Exercise aja! nanti balik lagi.

Ini nyata ya. Memang ada buibu yang gak mau menyusui bayi karena takut bentuk payudaranya tak lagi indah. If only they knew that breastfeeding was not just feeding their babies.. kekhawatiran payudara kendor mah gak ada apa-apanya dibanding manfaat yang akan diterima anak sampai mereka dewasa nanti.

Saat bayi lahir, mulut berperan besar untuk mengatur sensori-integrasi dan perilaku neuromotor pada bayi. Mulut adalah pintu dunia bagi bayi. Bayi menjadikan kegiatan menyusu sebagai media untuk menumbuhkan kasih sayang, berkomunikasi, bersosialisasi dan relaksasi. Menyusu pada ibu adalah saat yang membahagiakan dan sangat berharga untuk masa depan anak.

Saat menyusui, ada 6 hal yang perlu diperhatikan:

1. Positioning
Posisi harus benar agar bayi dan ibu mendapatkan manfaat dari proses menyusui. "Ibu-ibu bapak-bapak coba kepalanya mendongak, tarik ke belakang. Bisa menelan? Susah ya. Begitu juga dengan bayi. Jadi posisikan bayi dengan benar sesaat sebelum proses menyusu. Leher dan tubuh berada dalam satu garis, biarkan bayi berada pada posisi alaminya, yaitu panggul menekuk." Saya langsung manggut-manggut dongg.. xixixi. Soalnya beberapa kali saya pernah lalai dan gak 'ngeh' saat posisi Rania terlalu mendongak. Itu berarti nelennya susah yaa, huhu maapkan mamakmu nakk.



Membedong bayi juga ada ilmunya lho. Jangan sampai terlalu kenceng, tegak lurus siap grak! selain karena posisi menekuk pada bayi baru lahir sangat penting untuk perkembangan, tangan yang dibungkus dalam kain bedong akan menghalangi bayi memasukkan tangan ke mulut yang merupakan gerakan alami bayi. Berikut adalah langkah-langkah membedong bayi yang saya kutip dari buklet "Membedong Bayi" yang ditulis oleh dr. Luh.
  • Tangan bayi diposisikan pada garis tengah tubuh dan dekat dengan mulut
  • Tungkai bawah ditekuk dengan perlahan menuju ke perut
  • Derajat tekuk berbeda pada setiap bayi tergantung pada kondisi medis dan toleransi terhadap suatu posisi
  • Selimut harus mudah dikendurkan dengan menendang atau gerakan-gerakan lain oleh bayi jika ia merasa terganggu selama dibedong
  • Untuk bayi yang berisiko tinggi yang tidak dapat dibedong, gunakan popok yang digulung untuk menyangga disekelilingnya kemudian selimuti yang diselipkan disisi bayi.

langkah-langkah membedong bayi
Pembedongan bayi yang optimal


2. Refleks rooting
Adalah kemampuan untuk menerima sentuhan pada pipi, bibir, gusi dan lidah yang merupakan prasyarat untuk menyusu. Jadi ada stimulasi yang sering kita lakukan gengs, tapi selama ini pastilah gak sadar dan gak 'ngeh' ternyata sepenting itu. Penasaran??? Itu loh, usap-usap jari telunjuk ke pipi bayi. Terus bayi bakalan nyari gitu kan, mau ngisep telunjuk kita karena dikira nenen, hihi. Itu artinya bayi merespon dan mempersiapkan diri untuk memulai menghisap payudara ibu, ini penting bgt ternyata. Oke fix anak kedua nanti sebelum nenen usap-usap pipi dulu, xixixi.

3. Menempel pada puting
Menempel sempurna pada puting ini berfungsi supaya payudara gak lecet. Percayalah, payudara lecet yang diisep bayi kelaparan itu sungguh perih! seperih ditinggal pas lagi sayang-sayangnya -.- Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
  • Postur ibu dan posisi bayi
  • Posisi awal dari hidung sejajar puting dan memiringkan kepala
  • Pergerakan bayi ke payudara ibu
  • Posisi hidung dan pipi
  • Menempel pada puting
Di sesi ini, dr. Tiwi menambahkan catatan untuk ibu dengan payudara besar agar menekan puting ke atas dengan dua jari tangan terlebih dahulu, lalu arahkan ke mulut anak. Jika anak masih sulit dan ibu pun masih belajar, perah ASI awal lalu tetap berikan dengan menggunakan spuit. Berbahagialah buibu dengan payudara kecil, karena kata dr. Tiwi itu akan lebih memudahkan bayi untuk menyusu. Kan gaes, percayalah Allah udah menciptakan dengan sebaik-baik bentuk XD

4. Mengisap
Ada dua karakteristik pengisapan, yaitu nutritive sucking (NS) dan non nutritive sucking (NNS). NS ini tujuannya mendapatkan nutrisi atau istilah kita-kitanya sih bayi memang beneran haus dan laper. Kalau NNS itu terjadi saat bayi cuma ngempeng doang. Tujuannya untuk eksplorasi oral, menumbuhkan rasa aman dan nyaman.


Proses mengisap pada bayi


5. Menelan
Yaitu gerak reflek lidah untuk mendorong cairan ke belakang.

6. Koordinasi antara pengisapan, menelan dan bernafas
Setelah materi dari dr. Luh, saya baru 'ngeh' kalo proses menyusui itu sebenarnya panjang ya. Harus ada koordinasi yang baik antara mengisap, menelan dan bernafas. Dan itu semua pelajaran yang bener-bener baru, bukan cuma buat kita, tapi utamanya buat anak kita. Iya, mereka bayi kecil itu belajar banyak hal dari proses menyusui. Puk-puk diri sendiri dan semua buibu pejuang ASI, sabar kita harus dibanyakin lagi. Emang gak mudah tapi bukan berarti gak bisa. Masya Allah, tabarakallah.

Buklet dr. Luh, saya beli 5 diantaranya, buat warisan ke anak cucu XD


Acara ditutup dengan pemberian doorprize bagi pemenang lomba caption instagram, penanya dan peserta dengan kostum terbaik. Gak lupa juga foto bareng-bareng, dilanjut makan siang dan pengambilan goodie bag dari Pigeon. Ahhh seru banget! Hari itu juga ada diskon pembelian untuk produk Pigeon, tapi saya belum ada yang perlu dibeli sih, hehehe. Overall puas banget! Thanks a bunch untuk Majalah Ayah Bunda dan Pigeon Baby Indonesia. Makin semangat nih #2019GantiStatus jadi ibu beranak dua, iya-in gak gaesss??? XD

Pemenang best caption instagram. Eciyee ada Mak Ajeng dari Komunitas Eping Lampung.

Best costume, foto bareng dr. Luh dan Mb Gracia Danarti


Ini yang mengajukan pertanyaan kalo ga salah, lupa euy :'D


Finally foto bareng-bareng! Yeayyyyy. Thanks a bunch Ayah Bunda dan Pigeon Baby Indonesia!




Saturday, August 4, 2018

Cerita Menyusui Rania Sampai Usia 2 Tahun 3 Bulan

August 04, 2018 0 Comments
Alhamdulillah masuk bulan Agustus nih buk-ibuk. Sudah tau belum, kalau setiap pekan pertama di bulan Agustus, mulai dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 itu diperingati sebagai hari Pekan ASI Sedunia. Saya juga gak begitu 'ngeh' sih ya awalnya. Cuma sebagai mamak milenial yang rajin buka sosmed (wqwq), akhirnya saya jadi banyak baca tentang infonya.

Tujuan organisasi kesehatan dunia, World Health Organization, memberikan hari khusus untuk memperingati Pekan ASI Sedunia ini adalah untuk mengajak masyarakat peduli terhadap pentingnya Air Susu Ibu (ASI) dan memberikan dukungan agar tercapai keberhasilan menyusui.

Mulia banget kan yaa. Makanya saya ikut ngeramei-ramein Pekan ASI Sedunia ini dengan menulis postingan nostalgia saat masih menyusui Rania dulu, hehehe. Pengalaman menyusui anak pertama itu campur-campur banget. Ada rasa pede, tapi kemudian ragu. Seneng lalu beberapa menit setelah itu baper. Semangat then tetiba capekkkk gitu kayaknya. Cuma alhamdulillah semua itu sudah saya lewati. Dan untuk ukuran ibu menyusui, saya sepertinya alhamdulillah termasuk yang lancar-lancar aja.



Yang saya inget banget dulu sebelum Rania lahir itu adalah saat memilih BRA! Soalnya kata orang-orang terdekat, payudara kita akan berubah size. OH IYA KAH? Saya excited dong yaa. Soalnya selama ini suka julid liat iklan pembesar payudara, HAHAHA. Well, itu akan saya dapatkan setelah melahirkan! (harapan) XD Nyatanya setelah melahirkan, ya gede sih, beberapa bulan doang tapi, lalu balik lagi ke ukuran semula XD Lalu apakah payudara dengan size mini produksinya mini jugak? NGGAK ternyataa. Jadi mitos kalo payudara kecil gak bisa sukses menyusui anak. Saya buktinya :D


Sejak usia kehamilan 6 bulan, saya mulai bisa merasakan payudara semakin berisi dan mengeluarkan ASI. Amazed banget! Cepet amat keluarnya? Alhamdulillah iya, mungkin karena saat itu saya gak punya pikiran macem-macem. Bagi saya melahirkan dan menyusui itu ya kemampuan natural aja gitu, insya Allah bisa. Saat itu juga saya belum aktif buka-buka sosmed karena sibuk dengan pekerjaan. Ditambah lagi LDR. Ada bersyukurnya juga sih, karena saya jadi gak baca yang aneh-aneh di sosmed yang malah bikin saya jadi gak pede, hehehe. Pokoknya saya menganggap semua alami deh, ga perlu ragu. Satu-satunya buku menyusui yang saya punya saat itu judulnya "Buku Pintar ASI dan Menyusui" karangan Fatimah Berliana Monika Purba, hadiah dari mbak saya. Isi bukunya lengkap banget, rekomendid ya ini.

Punya saya masih cover edisi lama. Ini cover buku yang baru. Pic from: Bukupedia

Jeleknya, karena saya baca buku doang dan gak punya supporting group saat itu, sedangkan saya masih seorang ibu bekerja, saya bingung pake banget gimana real praktek nya. Di buku dijelasin sih caranya, tapi saya pengen tanya-tanya langsung sama yang udah mraktekin pemberian ASI Perah (ASIP). And i have no idea. Sampai kemudian Rania lahir.

Berkat bukunya Mbak Monika Purba, saya udah bersiap-siap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan juga menunda pemotongan tali pusar sesaat setelah melahirkan. Alhamdulillah terlaksana. Setelah hampir 2 jam, akhirnya Rania berhasil manjat menuju puting payudara saya dan menghisapnya untuk yang pertama kalinya. Haruuuuu banget, huhuhu. Kayak gak percaya aja gitu, kalau dari tubuh saya ini, saya bisa menghidupi makhluk hidup lain, yaitu anak saya --> *melow*

Saya ngerasa semua baik-baik aja sampai tiba saatnya masuk kantor dan saya gak punya persiapan apa-apa :'D Gak punya tabungan ASI Perah bahkan belum beli peralatan pumping! Memang bisa memerah langsung sih ya, cuma kan pegel.. Ditambah lagi, usia Rania yang saat itu belum genap 40 hari ketika saya harus balik ngantor, huhuhu (cuti yang diberikan kantor fix harus 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah HPL, dan ternyata Rania lahir mundur sampai hampir 3 mingguan dari HPL, hiks). Sedih sebenernya mbayangin bayi merah Rania saat itu harus diajarin minum dari media lain selain dari payudara saya. Akhirnya 2 hari sebelum balik ke Jambi, saya beli alat pumping asal merk (waktu itu belum tau merk yang bagus yang mana, haha), beberapa botol kaca, dot dan alat pembersih botol. Baca-baca buku lagi dan okelah tarik napas, siap gak siap.

Sehari sebelum masuk kerja, saya pumping. Inget banget dapet 50 ml. Happy karena bagi saya itu cukup. Saat itu saya masih jaranggggg banget buka sosmed, jadi nggak ada kepikiran galau kalau 50 ml itu sedikit. Lalu saya belajar cara mencuci dan mensteril botol plus alat pumping. Kenapa pilih dot? Karena dari hari-hari sebelumnya emang salah sih, saya gak spare waktu supaya Rania belajar minum pake sendok. Saya juga belum pernah lihat contohnya, gak kepikiran Yutub dan bener-bener gatau kalo infonya banyak banget di sosmed. Pokoknya waktu itu saya bener-bener disibukkan dengan menikmati waktu sebagai ibu baru yang begadangan tiap hari. Saya yang biasanya gampang tidur itu, jadi harus banyak melek. Maka tiap ada waktu luang, saya milih tidur deh, haha. Gak baca-baca pas hamil? BACA bangett. Tapi gak baca soal ASI Perah ini, huhuhu.

Hari masuk kerja tiba. Saya punya persediaan 3 botol ASI masing-masing 50 ml. Saya ajarin Papah, yang waktu itu nemenin saya di Jambi, untuk ngangetin ASI dan ngasih ke Rania. Tiap istirahat, saya pulang ke kontrakan yang cuma 5 menit dari kantor. Alhamdulillah saat itu bulan ramadhan (dan load pekerjaan saya belum banyak karena baru masuk), jadi bisa pulang cepet jam 3 sore. Alhamdulillah cukup dengan ASI yang kejar tayang itu. Sempet ngerasa keteteran sih waktu Rania growth spurt dan minumnya jadi banyak. Tapi syukurlah masih bisa teratasi. Begitu terus selama 2 bulan, sampai kemudian saya memutuskan resign, karena banyak hal.


Setelah resign, saya full menyusui Rania langsung dari payudara (direct breastfeeding). Kemana-mana, Rania selalu saya bawa. Gak pernah ada stok ASI Perah lagi di rumah, hihihi. Tau aja kan menyusui itu lamaaaa. Jadi disela-sela itulah saya buka sosmed. Mbak Sukma, senior saya saat di kampus dulu, memberi tahu saya untuk bergabung dengan grup Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) cabang Lampung. Dari situlah pikiran saya banyaaaaak sekali terbuka. Sejak saat itu juga muncul beberapa suggested group lainnya. Thanks Facebook! Saya lebih banyak baca buku dan juga sosmed untuk mengejar ketertinggalan yang kemarin-kemarin. Lalu saya jadi rajin update info di sosmed, bahkan sampe punya blog ini yang salah satu tujuannya adalah sharing


Dari situ beberapa teman sering bertanya soal menyusui kepada saya. Sama seperti yang dilakukan Mbak Sukma, saya jelaskan sebisa saya dan saya ajak teman-teman untuk juga bergabung di beberapa grup. Karena ternyata supporting group itu penting banget! Terima kasih kemudahan jaman! terima kasih sosial media! XD

Saya memang alhamdulillah dianugerahi keluarga yang menganggap bahwa menyusui itu ya natural. Bukan pendukung ASI banget-banget sih tapi juga gak menolak sufor saat saya harus kembali bekerja. Mereka gak rewel, tapi pemahamannya harus saya luruskan lagi. Bahwa ASI itu wajib sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan atau minuman apapun. Diperkenalkan dengan MPASI di usia 6 bulan dan ASI tetap dilanjutkan sampai 2 tahun, gak butuh susu tambahan selain itu. Perlahan saya edukasi semampu saya. Suami, keluarga, teman-teman dan orang-orang di sekitar saya. Rania membentuk saya jadi seseorang yang baru. Makasih banyak Nak.. huhuhu, haruuu. Mamakmu ini jadi belajar banyak sejak Rania lahir.

Anaknya sekarang udah segede gini, hehehe

Rania terus nempel sampai usia 2 tahun 3 bulan. Saya menyusui dimanapun saya berada. Dulunya sih nyari ruang khusus untuk menyusui, atau mushola dan bete banget kalo gak nemu itu semua, haha. Makin mahir, saya ga perlu cari ruangan khusus. Umpetin aja di balik jilbab, kelar deh, xixixi. Capek nggak bawa anak dan menyusui dimana-mana? Ya capek, tapi itu wajar kok. Dan saya ngerasa santai sih. Karena Rania udah jadi bagian hidup saya. Aneh malah kalo gak dibawa, haha.

Banyak manfaat yang saya rasain, salah satunya bonding. Kami jadi deket bgt. Sampe-sampe Rania mau apa-apa sama saya doang, Ayah nya aja ga laku XD Sama sekali gak nyesel dikintilin Rania sampe 2 tahun 3 bulan. Karena sekarang, di usianya yang 3 tahun ini, dia udah mau deket sama banyak orang. Gak lagi selalu nempel sama saya.


Btw, cerita menyapih Rania saya sambung kapan-kapan, soalnya ini udah kepanjangan banget XD. So, tetap keras kepala untuk menyusui. Karena menyusui itu bukan sekedar banyak manfaatnya, tapi juga perintah Allah kepada kita, sebagai bentuk kasih sayang dari-Nya. Apa-apa yang Allah perintahkan, percaya deh, insya Allah itu yang terbaik. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemudahan dalam menyusui ya. Juga buat adeknya Rania nanti, coming soon, aamiin, hehehe.

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah : 233)