Saturday, August 4, 2018

Cerita Menyusui Rania Sampai Usia 2 Tahun 3 Bulan

Alhamdulillah masuk bulan Agustus nih buk-ibuk. Sudah tau belum, kalau setiap pekan pertama di bulan Agustus, mulai dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 itu diperingati sebagai hari Pekan ASI Sedunia. Saya juga gak begitu 'ngeh' sih ya awalnya. Cuma sebagai mamak milenial yang rajin buka sosmed (wqwq), akhirnya saya jadi banyak baca tentang infonya.

Tujuan organisasi kesehatan dunia, World Health Organization, memberikan hari khusus untuk memperingati Pekan ASI Sedunia ini adalah untuk mengajak masyarakat peduli terhadap pentingnya Air Susu Ibu (ASI) dan memberikan dukungan agar tercapai keberhasilan menyusui.

Mulia banget kan yaa. Makanya saya ikut ngeramei-ramein Pekan ASI Sedunia ini dengan menulis postingan nostalgia saat masih menyusui Rania dulu, hehehe. Pengalaman menyusui anak pertama itu campur-campur banget. Ada rasa pede, tapi kemudian ragu. Seneng lalu beberapa menit setelah itu baper. Semangat then tetiba capekkkk gitu kayaknya. Cuma alhamdulillah semua itu sudah saya lewati. Dan untuk ukuran ibu menyusui, saya sepertinya alhamdulillah termasuk yang lancar-lancar aja.



Yang saya inget banget dulu sebelum Rania lahir itu adalah saat memilih BRA! Soalnya kata orang-orang terdekat, payudara kita akan berubah size. OH IYA KAH? Saya excited dong yaa. Soalnya selama ini suka julid liat iklan pembesar payudara, HAHAHA. Well, itu akan saya dapatkan setelah melahirkan! (harapan) XD Nyatanya setelah melahirkan, ya gede sih, beberapa bulan doang tapi, lalu balik lagi ke ukuran semula XD Lalu apakah payudara dengan size mini produksinya mini jugak? NGGAK ternyataa. Jadi mitos kalo payudara kecil gak bisa sukses menyusui anak. Saya buktinya :D


Sejak usia kehamilan 6 bulan, saya mulai bisa merasakan payudara semakin berisi dan mengeluarkan ASI. Amazed banget! Cepet amat keluarnya? Alhamdulillah iya, mungkin karena saat itu saya gak punya pikiran macem-macem. Bagi saya melahirkan dan menyusui itu ya kemampuan natural aja gitu, insya Allah bisa. Saat itu juga saya belum aktif buka-buka sosmed karena sibuk dengan pekerjaan. Ditambah lagi LDR. Ada bersyukurnya juga sih, karena saya jadi gak baca yang aneh-aneh di sosmed yang malah bikin saya jadi gak pede, hehehe. Pokoknya saya menganggap semua alami deh, ga perlu ragu. Satu-satunya buku menyusui yang saya punya saat itu judulnya "Buku Pintar ASI dan Menyusui" karangan Fatimah Berliana Monika Purba, hadiah dari mbak saya. Isi bukunya lengkap banget, rekomendid ya ini.

Punya saya masih cover edisi lama. Ini cover buku yang baru. Pic from: Bukupedia

Jeleknya, karena saya baca buku doang dan gak punya supporting group saat itu, sedangkan saya masih seorang ibu bekerja, saya bingung pake banget gimana real praktek nya. Di buku dijelasin sih caranya, tapi saya pengen tanya-tanya langsung sama yang udah mraktekin pemberian ASI Perah (ASIP). And i have no idea. Sampai kemudian Rania lahir.

Berkat bukunya Mbak Monika Purba, saya udah bersiap-siap Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan juga menunda pemotongan tali pusar sesaat setelah melahirkan. Alhamdulillah terlaksana. Setelah hampir 2 jam, akhirnya Rania berhasil manjat menuju puting payudara saya dan menghisapnya untuk yang pertama kalinya. Haruuuuu banget, huhuhu. Kayak gak percaya aja gitu, kalau dari tubuh saya ini, saya bisa menghidupi makhluk hidup lain, yaitu anak saya --> *melow*

Saya ngerasa semua baik-baik aja sampai tiba saatnya masuk kantor dan saya gak punya persiapan apa-apa :'D Gak punya tabungan ASI Perah bahkan belum beli peralatan pumping! Memang bisa memerah langsung sih ya, cuma kan pegel.. Ditambah lagi, usia Rania yang saat itu belum genap 40 hari ketika saya harus balik ngantor, huhuhu (cuti yang diberikan kantor fix harus 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah HPL, dan ternyata Rania lahir mundur sampai hampir 3 mingguan dari HPL, hiks). Sedih sebenernya mbayangin bayi merah Rania saat itu harus diajarin minum dari media lain selain dari payudara saya. Akhirnya 2 hari sebelum balik ke Jambi, saya beli alat pumping asal merk (waktu itu belum tau merk yang bagus yang mana, haha), beberapa botol kaca, dot dan alat pembersih botol. Baca-baca buku lagi dan okelah tarik napas, siap gak siap.

Sehari sebelum masuk kerja, saya pumping. Inget banget dapet 50 ml. Happy karena bagi saya itu cukup. Saat itu saya masih jaranggggg banget buka sosmed, jadi nggak ada kepikiran galau kalau 50 ml itu sedikit. Lalu saya belajar cara mencuci dan mensteril botol plus alat pumping. Kenapa pilih dot? Karena dari hari-hari sebelumnya emang salah sih, saya gak spare waktu supaya Rania belajar minum pake sendok. Saya juga belum pernah lihat contohnya, gak kepikiran Yutub dan bener-bener gatau kalo infonya banyak banget di sosmed. Pokoknya waktu itu saya bener-bener disibukkan dengan menikmati waktu sebagai ibu baru yang begadangan tiap hari. Saya yang biasanya gampang tidur itu, jadi harus banyak melek. Maka tiap ada waktu luang, saya milih tidur deh, haha. Gak baca-baca pas hamil? BACA bangett. Tapi gak baca soal ASI Perah ini, huhuhu.

Hari masuk kerja tiba. Saya punya persediaan 3 botol ASI masing-masing 50 ml. Saya ajarin Papah, yang waktu itu nemenin saya di Jambi, untuk ngangetin ASI dan ngasih ke Rania. Tiap istirahat, saya pulang ke kontrakan yang cuma 5 menit dari kantor. Alhamdulillah saat itu bulan ramadhan (dan load pekerjaan saya belum banyak karena baru masuk), jadi bisa pulang cepet jam 3 sore. Alhamdulillah cukup dengan ASI yang kejar tayang itu. Sempet ngerasa keteteran sih waktu Rania growth spurt dan minumnya jadi banyak. Tapi syukurlah masih bisa teratasi. Begitu terus selama 2 bulan, sampai kemudian saya memutuskan resign, karena banyak hal.


Setelah resign, saya full menyusui Rania langsung dari payudara (direct breastfeeding). Kemana-mana, Rania selalu saya bawa. Gak pernah ada stok ASI Perah lagi di rumah, hihihi. Tau aja kan menyusui itu lamaaaa. Jadi disela-sela itulah saya buka sosmed. Mbak Sukma, senior saya saat di kampus dulu, memberi tahu saya untuk bergabung dengan grup Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) cabang Lampung. Dari situlah pikiran saya banyaaaaak sekali terbuka. Sejak saat itu juga muncul beberapa suggested group lainnya. Thanks Facebook! Saya lebih banyak baca buku dan juga sosmed untuk mengejar ketertinggalan yang kemarin-kemarin. Lalu saya jadi rajin update info di sosmed, bahkan sampe punya blog ini yang salah satu tujuannya adalah sharing


Dari situ beberapa teman sering bertanya soal menyusui kepada saya. Sama seperti yang dilakukan Mbak Sukma, saya jelaskan sebisa saya dan saya ajak teman-teman untuk juga bergabung di beberapa grup. Karena ternyata supporting group itu penting banget! Terima kasih kemudahan jaman! terima kasih sosial media! XD

Saya memang alhamdulillah dianugerahi keluarga yang menganggap bahwa menyusui itu ya natural. Bukan pendukung ASI banget-banget sih tapi juga gak menolak sufor saat saya harus kembali bekerja. Mereka gak rewel, tapi pemahamannya harus saya luruskan lagi. Bahwa ASI itu wajib sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan atau minuman apapun. Diperkenalkan dengan MPASI di usia 6 bulan dan ASI tetap dilanjutkan sampai 2 tahun, gak butuh susu tambahan selain itu. Perlahan saya edukasi semampu saya. Suami, keluarga, teman-teman dan orang-orang di sekitar saya. Rania membentuk saya jadi seseorang yang baru. Makasih banyak Nak.. huhuhu, haruuu. Mamakmu ini jadi belajar banyak sejak Rania lahir.

Anaknya sekarang udah segede gini, hehehe

Rania terus nempel sampai usia 2 tahun 3 bulan. Saya menyusui dimanapun saya berada. Dulunya sih nyari ruang khusus untuk menyusui, atau mushola dan bete banget kalo gak nemu itu semua, haha. Makin mahir, saya ga perlu cari ruangan khusus. Umpetin aja di balik jilbab, kelar deh, xixixi. Capek nggak bawa anak dan menyusui dimana-mana? Ya capek, tapi itu wajar kok. Dan saya ngerasa santai sih. Karena Rania udah jadi bagian hidup saya. Aneh malah kalo gak dibawa, haha.

Banyak manfaat yang saya rasain, salah satunya bonding. Kami jadi deket bgt. Sampe-sampe Rania mau apa-apa sama saya doang, Ayah nya aja ga laku XD Sama sekali gak nyesel dikintilin Rania sampe 2 tahun 3 bulan. Karena sekarang, di usianya yang 3 tahun ini, dia udah mau deket sama banyak orang. Gak lagi selalu nempel sama saya.


Btw, cerita menyapih Rania saya sambung kapan-kapan, soalnya ini udah kepanjangan banget XD. So, tetap keras kepala untuk menyusui. Karena menyusui itu bukan sekedar banyak manfaatnya, tapi juga perintah Allah kepada kita, sebagai bentuk kasih sayang dari-Nya. Apa-apa yang Allah perintahkan, percaya deh, insya Allah itu yang terbaik. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kemudahan dalam menyusui ya. Juga buat adeknya Rania nanti, coming soon, aamiin, hehehe.

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah : 233)











No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah mampir. Means a lot to me :) Silahkan komentar yang sopan dan mohon jangan sertakan link hidup ya. Jika ingin berdiskusi atau butuh jawaban cepat, bisa menghubungi saya via pesan instagram di akun @dwiseptiani.dwi