Wednesday, December 20, 2017

SelebrASI 2 Tahun AIMI Lampung (Bagian Kedua), dr. Tan Shot Yen : Jangan jadi Ibu Micin Pencetak Generasi Micin

December 20, 2017 6 Comments
Baca bagian pertama dulu yah.. biar ntaps! :D

Saya excited sekali waktu pertama kali tahu bahwa AIMI Lampung akan mengundang dr. Tan Shot Yen dalam acara seminar kesehatan yang diadakan pada hari Minggu, 26 November 2017 di Sekolah Pelita Bangsa. Bagaimana tidak, dokter yang terkenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan ini seringkali saya lihat di TV. Tema besar yang biasanya beliau angkat adalah tentang pola makan dan gaya hidup sehat. Dalam seminar kesehatan yang bertema “ASI Eksklusif dan MPASI Sehat bagi Generasi Ruwa Jurai Unggul” kali ini, dr. Tan akan membahas tentang MPASI untuk bayi. Cucok!

Pic from: FB AIMI Lampung

Ada beberapa kejadian konyol terkait over excited-nya saya menyambut kedatangan dokter Tan di Bandar Lampung, xixixi. Yang pertama, saking semangatnya, begitu tau informasi tentang seminar kesehatan ini dari grup emak eping, tanpa ba bi bu saya langsung transfer biaya pendaftaran ke rekening AIMI Lampung. Lupa aja gitu kalo harus konfirmasi panitia terlebih dahulu, pengennya buru-buru ngecup tempat wkwk. Dan panitia geleng kepala. Untung lah yang kayak saya cuma satu, kalo banyak? Bingung kan mereka :’D

Kejadian konyol kedua terjadi saat hari H, waktu saya sedang asik-asiknya foto di booth AIMI bareng Mbak Mei, kakak kelas saya jaman SMA. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik berhenti di depan kami seraya menunjukkan gestur “permisi mau numpang lewat”. Lalu dengan santainya saya mempersilahkan, “Lewat dulu aja, Bu”. Daaann beberapa detik kemudian.. tik tok tik tok.. saya baru sadarrrr kalo itu adalah dokter Tan Shot Yen dalam jarak yang sangat dekat! *ahhhh norak* gapapa lah biar! hahahahh.

Aslinya dr. Tan ini beneran awet muda! suerr :D (pic from: sindonews.net)

Sesi pertama silahkan baca disini ya :)

Masuk sesi kedua, topik seminar tentang MPASI sehat dibawakan oleh dr. Tan Shot Yen, M. Hum. Gaya beliau membawakan materi sungguh sangat berbeda dari materi pertama yang dibawakan oleh dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC. Kalau dr. Wiyarni itu keibuan syekali, dr. Tan ini gahul dan berapi-api. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos mengingatkan saya dengan salah satu dokter spesialis anak disini :D

Baca : Rekomendasi Dokter Spesialis Anak di Bandar Lampung

Selain itu, pada materi pertama, saya bisa mencatat banyak hal penting. Namun hal sebaliknya terjadi saat mendengarkan materi dari dr. Tan Shot Yen, saya hanya bengong. Terkesima sekaligus tersindir. Jadi baru sadar kalau catatan saya kosong. Padahal warbyasak loh materi yang dibawakan oleh beliau inih. Berikut rangkuman materinya berdasarkan daya ingat saya (yang cukup terbatas ituh) aja ya :D

Pic from: FB AIMI Lampung

Kini : Pergeseran pola makan dan gaya hidup

dr. Tan memulai sesi seminar dengan menyoroti fenomena yang terjadi di masyarakat. Dimana orang mudah panik dan lebih mempercayai informasi kesehatan yang beredar dari broadcast hoax ketimbang mencari informasi terpercaya yang berasal langsung dari sumbernya. Mengapa pemahaman mengenai informasi kesehatan, khususnya tentang gizi ini menjadi perlu? Karena berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, penyebab 41. 950 kematian di Indonesia berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup.

Pic from: medtech.id

“Usia jomblo adalah usia terbaik untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua.”, ujar dr. Tan. Kebetulan sekali, di dalam ruangan seminar kami saat itu tidak hanya terdiri dari ibu-ibu dan beberapa orang bapak, tetapi ada pula rombongan mahasiswi Poltekkes. Panjang lebar dr. Tan mewanti-wanti tentang memilih jodoh (lhah?). Termasuk menengok record pola makan dan gaya hidup, utamanya si calon suami haruslah bebas dari rokok. Ih wow, sepakat banget deh saya soal anjuran dr. Tan ini, masak iya seumur hidup kita mau jadi perokok pasif? Saya sih emoh :D

Para perempuan, calon ibu dan ibu harus melek banyak mengenai informasi tentang gizi. Karena ibu lazimnya adalah penentu utama ketersediaan makanan di rumah. Kebiasaan makan dari kedua orang tua akan turut membentuk pola makan anak. “Anak tidak hanya hidup hari ini, jadi jangan jadi ibu micin pencetak generasi micin.” kata beliau. Duh saya kesindir nih. Hahahah.

dr. Tan menjelaskan bahwa pergeseran pola makan secara global saat ini beralih pada jenis makanan tinggi kalori, lebih manis dan banyaknya versi makanan diproses (rafinasi) yang menggeser makanan alami dengan serat tinggi. Yang kemudian berakibat pada perubahan pilihan (preferensi/kesukaan) apa yang dimakan, perubahan tubuh yang lekas kenyang namun lekas lapar hingga berimbas pada kekacauan metabolisme, perubahan tipe penyakit dan perubahan cara mengatasi masalah dalam hidup yang cenderung menyukai hal-hal instan. Faktor risiko penyakit akibat pola makan dan gaya hidup ini paling tinggi tercatat 93,5% disebabkan kurangnya asupan sayur dan buah pada kelompok umur diatas 10 tahun (Riskesdas 2013).

Uhlala.

Panjang yaa ternyata akibat dari pergeseran pola makan ini. dr. Tan menceritakan bagaimana masyarakat saat ini berlomba-lomba membeli kue-kue arteiss yang notabene bahannya terdiri dari tepung terigu dan gula. Padahal gandum tidak bisa tumbuh di Indonesia, sehingga negara kita harus terus impor dari luar negeri. Selain itu, kebiasaan makan gula berlebihan memiliki akibat yang sangat berbahaya. Beliau bercerita tentang pasiennya yang baru berusia 20 tahun tapi sudah memiliki penyakit diabetes tipe 2, yang berarti berasal dari pola makan. Oemjii.

Wah saya masih doyan banget sih sama tetepungan terigu, utamanya mie. Tapi kalo konsumsi gula yah sebisa mungkin dikurangi lah. Kue artis it's okay icip-icip kalo harga sesuai dengan rasanya. Dan saya tetep suka juga kok sama sayur dan buah.

(((Lah ini ngapa guah jadi KLARIFIKASI?  Sapa yang nanya cobak? Keliatan yaa pola makannya belum bener. Hahahahhh)))

Baca: Belajar Membuat Mie Sawi Homemade bersama Rumbel Memasak IIP Lampung


Makan sehat hidup pun sehat

Pangan sehat paling baik dimakan semakin dekat dengan bentuk aslinya di alam. Makan buah? Langsung dimakan lebih baik ketimbang dibuat jus. Makan sayur? Perbanyak makan sayur mentah. Khawatir bakteri? Cuci bersih. Jadi jangan salahkan sayur mentahnya, tetapi koreksi pola hidup bersih dan sehatnya.

Tumpeng Gizi Seimbang (pic from: h4hinitiative.com)

Perhatikan juga pola minum air putih kita dalam sehari. Bukan hanya 8 gelas dalam satu hari, tetapi terus minum sampai urine bening dan tidak berwarna. Karena kebutuhan air ini bisa saja berbeda antara orang yang satu dan yang lainnya. Kebutuhan air seorang pekerja bangunan tentu berbeda dengan kebutuhan air seorang penumpang pesawat yang hanya melakukan aktivitas duduk selama 10 jam di ruangan ber-ac.

Memelihara pola makan dan gaya hidup sehat  saat masa kehamilan insya Allah akan melahirkan bayi yang sehat. Melanjutkan pola tersebut saat usia tumbuh kembang menjadikan pertumbuhan yang sehat sampai dewasa. Terus mempertahankan pola makan dan gaya hidup sehat di usia produktif membuat kita terbebas dari penuaan dini. Dan jika dilanjutkan sampai saat usia senior akan membuat kita tetap produktif dan tidak menjadi beban orang lain.



MPASI pada usia 6 bulan atau 180 hari

Alasan kenapa MPASI harus dimulai saat usia 6 bulan atau 180 hari

Gambar tersebut saya ambil dari duniasehat.net, menjelaskan tentang mengapa MPASI harus dimulai saat usia 6 bulan atau 180 hari. Harap maklum, waktu dr. Tan menjelaskan, saya cuma bengong. Jadi saya kutip alasannya dari web milik dr. Annisa Karnadi aja ya.

  1. Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa dipenuhi sepenuhnya hanya dari ASI (dan susu formula bagi bayi yang tidak disusui)
  2. Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis terpakai dan tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI lagi
  3. Perkembangan sistema persarafan dan oro-motorik telah mulai meningkat dari hanya menghisap menjadi menggigit dan bahkan mengunyah
  4. Bayi juga telah mulai tumbuh gigi
  5. Kemampuan bayi mengontrol lidahnya sudah lebih baik. Refleks menjulurkan lidah menolak objek padat yang memasuki mulutnya telah menghilang dan bayi telah mulai bisa duduk sendiri sehingga mulai bisa lebih lama menikmati makanan yang lebih padat
  6. Sistem pencernaan telah berkembang sempurna sehingga telah mampu mencerna makanan seperti karbohidrat dengan lebih baik
  7. Rasa penasaran akan aneka tekstur dan rasa dari lingkungan sehingga fase eksplorasi ini sangat berguna saat pengenalan makanan baru.

Jika MPASI diberikan terlambat (anak lebih dari 6 bulan) risikonya adalah anak akan terganggu perkembangan oro-motoriknya sehingga akan mengalami kesulitan makan. Selain itu anak akan menjadi kurang gizi karena ASI sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan energi maupun zat gizi bagi anak umur 6 bulan, baik di Negara maju apalagi di Negara miskin dan sedang berkembang. Pernyataan ini juga saya kutip dari web duniasehat.net.



MPASI dengan bahan pangan lokal yang memenuhi standar empat bintang

Terkait dengan bahan pangan lokal, dr. Tan gemash, karena ada sesepeneliti yang menyebutkan bahwa ketersediaan pangan lokal di Indonesia tidak memenuhi standar kecukupan gizi. Padahal ada banyaaaakkkkk sekali sumber makanan bergizi yang tersedia di bumi Indonesia Raya ini. Salut deh sama nasionalismenya dr. Tan. Beliau berapi-api banget loh saat menjelaskan bahwa kalo gak sanggup beli salmon, gak usah maksa makan salmon. Alangkah banyak jenis ikan di Indonesia yang gizinya tidak kalah dari salmon. “Masak iya kamu sama suamimu orang Jawa. Ntar anakmu jadi Jepang? Bingung lagi ntar anak siape?” LOL! :D

Via : Giphy

MPASI menu 4 bintang terdiri dari protein hewani sebagai sumber pembentuk sel tubuh dan sumber zat besi, selanjutnya karbohidrat, protein nabati dari kacang-kacangan dan dilengkapi dengan buah dan sayur. dr. Tan saat menjawab pertanyaan salah satu peserta mengatakan, "Susu pertumbuhan sama sekali tidak wajib, karena kandungan di dalamnya bisa digantikan oleh sumber lain yang diperoleh dari bahan-bahan alami."

Lemak sehat juga diperlukan oleh tubuh. Kandungan lemak sehat ini contohnya berasal dari ikan laut dalam, minyak zaitun, kemiri, kacang-kacangan, alpukat dan kelapa. Kelapa bisa dibuat menjadi bermacam-macam olahan. Misal diambil santannya untuk masak, dibuat urap, buntil dan lain-lain.

“Tapi orang Indonesia itu lucu ya. Kalo masak santan, misal opor ayam. Ayamnya habis tapi santannya masih sisa, kamu masukin telur. Telur habis, ganti tempe. Tempe habis, tambahin tahu.. Itu namanya kamu bukan makan santan. Tapi makan MINYAK RAMBUT!”

Wkwkw.. Piye buk perasaanmu? AMBYAR ora? jangan diulang lagi yaa ongat-angetnya.. :'D

(pic from: infografiskesehatan.blogspot.co.id)


MPASI paling baik dibuat dari bahan-bahan yang diambil langsung dari alam, bukan yang sudah dikemas dalam bentuk instan tinggal seduh. Bahan-bahan yang baik ini akan menunjang kesehatan secara imbang. Di dalamnya terdapat zat gizi utuh dan kaya akan tekstur, warna asli serta rasa asli yang sesuai musim dan kearifan tradisi. Berbeda dengan MPASI instan, yang menunjukkan seolah-olah kebutuhan gizi hanya seperti yang tertera di daftar komposisi. MPASI instan ini kelihatannya memang menarik, tetapi tidak cukup, zat gizi sudah terurai karena mengalami berbagai pemrosesan.“Saya belum pernah sih, lihat produsen makanan instan beli bayam bertruk-truk untuk dijadikan bubur bayam.”, begitu kata dr. Tan. Beliau lohh yang bilang, bukan saya.. *mamah muda plis jangan bully :D

Contoh menu empat bintang: Tim Nasi Merah, bisa dibuat dari 4 sdm nasi merah. Tambahkan rebusan tulang/ceker ayam, ambil airnya + 1 cangkir santan. Masak hingga matang, matikan api. Masukkan tahu dan telur kocok, aduk rata. Bagi dalam beberapa wadah tahan panas, beri cincangan bayam muda di atasnya, kukus selama 5 menit.

Pic from: zonamama.com

Tambahan:
  • Menurut dr. Tan saat menjawab pertanyaan salah satu peserta, ketika anak mulai makan dengan tekstur cincangan, saat itu boleh ditambahkan dengan bumbu masak (rempah-rempah ya maksudnya, bukan roy*o atau masa*o) agar rasa makanan lebih keluar.
  • Anak tidak mau makan saat pertama kali memberikan MPASI? Dr. Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC dalam materinya yang pertama memberikan saran untuk menciprat-cipratkan ASI ke dalam makanan anak untuk menimbulkan aroma dan selera makan anak. Karena pada saat ASI anak sudah mendapatkan tabularasa makanan dari apa yang dimakan ibunya, maka berikan MPASI sesuai menu sehari-hari keluarga.


Yuk, masak!

“Siapa bilang masak itu repot?” saya dok.. eh. Ini tips dari dokter Tan agar kegiatan memasak menjadi mudah:
  1. Tentukan dalam satu minggu, keluarga mau makan apa? Buat daftar menu dan cara pengolahannya. Olahan makanan itu tidak terbatas pada digoreng dan digoreng. Tapi kita bisa membuat pepes, sop, soto, garang asem, pesmol, pangeh, tim dan lain-lain. Disantan juga boleh, karena santan itu termasuk salah satu sumber lemak sehat. Tetapi tidak baik juga jika terlalu sering dikonsumsi. Jadi di daftar menu satu minggu itu cukup satu kali makan olahan santan. "Ibu ibu jangan kayak bumi tanpa matahari kalau di rumah nggak ada minyak goreng." Ehemmm.. *ako banget sih ini wkwk* Contoh menu harian dan cara pengolahannya: ayah, ibu dan kakak hari Rabu makan olahan ikan acar kuning. Si adik bayi bisa ikut makan ikan kukus. Begitu pula di hari selanjutnya misal keluarga makan soto kudus, adik bayi bisa makan makanan yang sama tetapi diolah menjadi sup cincang.
  2. Pulang belanja, racik segera bahan seakan segera dimasak. *Jadi ikan yang sudah dibersihkan dan dibumbui itu betul-betul menjaga mood kita di pagi hari loh, ketimbang saat mau masak ikan masih dalam plastik beku dan belum dibersihkan. Betul ibuk-ibuk??? Wkwk.*
  3. Atur dalam wadah khusus sesuai hari di lemari beku/freezer *saya kebayang isi kulkasnya dr. Tan rapi bener kali yak.. beda sama isi kulkas saya.. :'D
  4. Persediaan yang ‘harus’ selalu ada: misal tulang ayam (untuk kaldu), telur, wortel, buncis, kacang merah.

Nah.. gimana buk ibuk? Gak sulit kan menyiapkan MPASI sekaligus masak untuk keluarga??? Hmmm.. jawab dalam hati masing-masing, xixixi. Yang jelas, pulang dari seminar itu saya seperti mendapat pencerahan. Bahwa para orang tua, menciptakan pola makan dan gaya hidup yang akan ditiru anak. Jadi kita nih, bu ibu pada khususnya yang memiliki tugas utama menyediakan makanan sehat di rumah, harus lebih melek gizi. Supaya gak jadi ibu micin pencetak generasi micin, seperti yang dibilang oleh dokter Tan. Saya sih (mencoba terus berusaha kerashh - menurut versi saya yah) memilih repot sekarang, untuk kebaikan di masa yang akan datang *uhuk*



Semoga resumenya bermanfaat. Bisa panjang juga ternyata. Berarti cukup bagus rupanya ingatan saya. Yah maklum lah, ini pasti efek dari banyak makan buah dan sayur. Wahaahaahh. Salam! :)

Thursday, December 14, 2017

SelebrASI 2 Tahun AIMI Lampung : Seminar Kesehatan bersama dr. Wiyarni Pambudi dan dr. Tan Shot Yen (Bagian Pertama)

December 14, 2017 2 Comments
Bagi newbie blogger seperti saya, saat ini rasanya cukup sulit untuk menulis liputan acara tepat waktu. Masih fokus di printilan-printilan rumah tangga sih xixixi. Namun meski sudah lewat sekitar tiga minggu lebih, ilmu yang saya dapat dari selebrASI 2 tahun AIMI Lampung ini tetap worth it untuk diketahui khalayak ramai. Saya seperti masih punya hutang karena tau suatu ilmu tapi belum menyebarkannya, minimal lewat blog ini lah hehehe. Btw, cmiiw yah kalau ada istilah kesehatan yang kurang tepat :D

Credit pic : FB AIMI Lampung

Happy birthday yang kedua tahun untuk AIMI Lampung! Semoga dengan bertambahnya usia, bertambah pula kebermanfaatan AIMI dalam upaya mendukung dan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI bagi ibu dan bayi. Go go, AIMI Lampung! 😊


Sekitar sepekan sebelum hari H, Minggu 26 November 2017, saya sudah berkali-kali sounding ke Rania bahwa saya akan menghadiri seminar. Sebagai alternatifnya, Rania dan Ayah bisa ‘jalan-jalan’ ke kondangan *Rania suka banget kondangan btw* Alhamdulillah, saat itu tidak sulit memberikan dia pengertian kalau mamaknya mau santai-santai dulu sambil menuntut ilmu, 'piknik' barang sejenak :D

Baca : Jalan-Jalan ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada Lampung

Ada sekitar 80-an lebih peserta yang hadir di Sekolah Pelita Bangsa tempat acara berlangsung. Uniknya, saya melihat ada dua orang bapak yang nyempil di bangku pojok belakang sebelah kiri. Salut juga saya dengan tekad kuat mereka untuk hadir di acara yang sebagian besar pesertanya adalah wanita ini (terlepas dari entah bapak tsb dipaksa atau nggak ya sama istrinya hahaha).

Seminar kesehatan bertema “ASI Eksklusif dan MPASI Sehat bagi Generasi Ruwa Jurai Unggul” ini menghadirkan dua pemateri. Yang pertama yaitu dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A, IBCLC, beliau merupakan seorang konselor laktasi bersertifikat internasional yang namanya sudah sering saya dengar di grup ibu-ibu menyusui. Dan yang kedua yaitu dr. Tan Shot Yen, M. Hum, dokter yang terkenal dengan gaya blak-blakannya tiap kali berbicara tentang pola makan dan gaya hidup sehat di berbagai stasiun TV.


Materi pertama “Manfaat ASI untuk Tumbuh Kembang Anak” dibawakan oleh dr. Wiyarni Pambudi Sp.A, IBCLC. Saat mendengar moderator membacakan profil dr. Oei, panggilan akrab dr. Wiyarni Pambudi, saya tertegun cukup lama. Keren euy! banyak bangett prestasi dan karya ilmiahnya. Langsung deh duduk rapih siap-siap pena untuk mencatat banyak tambahan materi, meskipun fotokopi slide presentasi sudah disediakan oleh panitia.

Credit pic : FB AIMI Lampung

“Ibu-ibu kenapa mau datang di acara seminar ini? Hari Minggu kan? Waktunya santai-santai bareng keluarga.” ujar dr. Oei membuka presentasinya pagi itu. “Ilmu menyusui yang ibu pelajari hari ini insya Allah akan terus berguna dan bisa diwariskan sampai nanti ya Bu.. sama anak-anak kita, cucu kita, generasi penerus kita. Karena butuh orang satu kampung untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI bagi ibu dan bayi. Itulah mengapa ada istilah ayah ASI, kakek ASI dan kita pun nanti bisa menjadi nenek ASI.” Nyessss deh saya mendengar kata-kata pembukaan dari dr. Oei ini. Keibuan banget. *asa pengen curhat deh mamaks.. bahahah :’D

Menurut WHO, ada empat standar emas makanan bayi. Yang pertama IMD (Inisasi Menyusu Dini), yaitu menyusui segera setelah bayi lahir dengan cara diletakkan di dada ibu sampai bayi selesai menyusu. Kedua, pemberian ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan. Yang ketiga yaitu memberikan MPASI tepat waktu dan adekuat (memenuhi syarat). Lalu yang terakhir meneruskan ASI sampai dengan 2 tahun atau lebih.

Empat standar emas tersebut menjadi modal tumbuh kembang di 1000 Hari Pertama Kehidupan seorang bayi. 1000 hari ini dimulai dari 270 hari selama masa kehamilan dan 730 hari pada 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Mengapa sampai usia 2 tahun? Karena pada rentang usia tersebut masa tumbuh kembang otak bayi mencapai angka 80%. Sisanya akan berkembang hingga usia konsepsi yaitu 22-25 tahun.


Ajaibnya ASI

dr. Wiyarni Pambudi juga menjelaskan tentang how breastfeeding changes your brain. Ternyata, keberhasilan menyusui itu tidak hanya berdampak baik untuk si bayi, tapi juga ibunya. Ketika IMD, hormon ibu hamil berubah menjadi hormon ibu menyusui. Itulah mengapa ada ibu yang awalnya enggan merawat anak atau merasa belum siap, lalu pikirannya berubah sesaat setelah menyusui. So touching.. saya berkaca-kaca ingat momen pertama kali saat Rania memanjat perut saya, mencari puting kemudian mulai menyusu. Hiks, i love you so much deh Nak.. meskipun kadang-kadang 'nggemesin' :D

ASI merupakan sumber nutrisi otak yang tidak bisa digantikan oleh susu formula (sufor). Di dalamnya banyak terkandung zat seperti asam folat, kolin, zinc, zat besi, AA, DHA, selenium, yodium, B12, oligosakarida, IGF-1, NGF dan lain-lain. Meskipun beberapa kandungan ditiru sedemikan rupa oleh produsen sufor, namun tidak akan bisa selengkap kandungan ASI. Penelitian menyebutkan bahwa ASI juga memiliki kandungan zat hamlet. Hamlet ini memiliki kemampuan membunuh 40 jenis sel kanker tanpa merusak sel yang sehat. Berbeda dengan cara kerja kemoterapi yang membunuh sel kanker sekaligus merusak sel yang sehat. MaasyaAllah. Jadi proses menyusui ini bisa membantu ibu dan bayi terhindar dari kanker *terlepas dari suatu penyakit itu datang sudah atas ketetapan Allah ya buk ibuk..*


Yang paling penting itu bukan ASI eksklusifnya, tapi MENYUSUI eksklusif



dr. Oei dalam materinya memaparkan bahwa ada tiga hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Yang pertama bio nutrisi atau pemenuhan nutrisi. Selanjutnya neuro endokrin, yaitu pola asuh yang positif, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, interaksi sosial dan menjauhkan kekerasan terhadap anak. Terakhir adalah imuno stress, terkait dengan daya tahan tubuh dan pencegahan infeksi serta trauma. Ketiga hal tersebut bisa didapatkan oleh anak saat sedang disusui langsung oleh ibunya :)

Meskipun kita tahu ASI itu subhanallah warbiyasak, namun secara garis besar ada 3 hal yang membuat ibu pada akhirnya berhenti menyusui:

1.    Mengira ASI kurang, tidak keluar atau bening. Mengira ASI kurang ini biasanya terjadi saat anak mengalami growth spurt (GS) atau percepatan pertumbuhan. GS menyebabkan kebutuhan minum ASI pada anak akan menjadi lebih banyak. Yang perlu diwaspadai adalah persepsi ibu, ketakutan bahwa ASI nya kurang. Lalu kebingungan mengapa bayi tidak mau menyusu saat masa-masa GS nya sudah lewat. Selain itu, ASI tidak keluar atau bening. Perlu diingat bahwa ASI itu lekat dengan prinsip demand dan supply. Kemudian apapun yang dikeluarkan, ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Tidak ada ASI yang jelek, kuncinya berikan saja.
·      Jika mengalami kendala bayi menolak menyusu karena berbagai hal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah skin to skin. Jangan malas untuk skin to skin. Lepas baju dan saling menempel kulit antara ibu dan bayi. Cara ini mudah, namun beberapa ibu masih malas ataupun sungkan melakukannya.
·         Jika mengalami kendala ASI perah berwarna merah, biarkan warna merah berupa darah tersebut mengendap terlebih dahulu, lalu berikan ASI bagian atas.
2.     Nyeri, hal ini bisa disebabkan oleh posisi pelekatan yang kurang tepat. Bantu ibu terus mencoba sampai ia mendapatkan posisi yang paling nyaman, bukan sekedar mengajari.
3.     Ibu kembali bekerja. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mempersiapkan ASI perah 5 minggu sebelum ibu mulai kembali bekerja. Jangan lupa untuk mengosongkan kembali payudara dengan tangan setelah menggunakan breastpump. Memerah menggunakan tangan ini mirip dengan stimulasi hisapan bayi. Selain itu, jika payudara tidak dikosongkan maka hanya 60% dari produksi ASI keseluruhan yang bisa diambil. Hal tersebut mengakibatkan otak menerima sinyal bahwa ASI tidak habis dan memerintahkan untuk menurunkan produksi ASI. Selanjutnya, berikan ASI dengan media yang tepat. Bukan dot, karena dot bisa mengganggu produksi ASI. Selain payudara tidak terstimulasi, penggunaan dot juga bisa membuat teknik hisap bayi berubah sehingga mengakibatkan bingung puting. Stok ASI perah bagi ibu bekerja tidak perlu sampai memenuhi freezer. Selalu usahakan memberi ASI fresh, yang jaraknya tidak terlalu lama dari saat memerah. "Yang memiliki banyak stok ASI di freezer, tidak perlu berbangga diri. Dan yang tidak memiliki banyak stok ASI di freezer tak perlu merasa tidak percaya diri. Karena yang paling baik justru memberikan ASI fresh yang jaraknya tidak terlalu lama dari waktu memerah." ujar dr. Oei.


    “Menyusui bukan sekedar memberikan ASI. Bukan sekedar memberikan makanan, tetapi mengalirkan cinta. Ada kelekatan yang tercipta saat ibu dan bayi menempel satu sama lain. Interaksi ibu dan bayi ini merupakan salah satu modal tumbuh kembang yang penting. Jika Anda ibu bekerja, sebisa mungkin setelah pulang kerja langsung susui bayi secara langsung. Karena sebenarnya yang terpenting itu bukan ASI eksklusifnya, tapi MENYUSUI ekslusif.



Support breastfeeding anytime, anywhere

Di akhir seminar, dr. Oei mengingatkan para peserta bahwa menyusui itu selain butuh komitmen, juga butuh dukungan dari semua pihak.
“Success in breastfeeding is everyone’s responsibility. Menyusui perlu komitmen dan dukungan semua pihak, termasuk kita sesama ibu. Cobalah berempati dan mendengarkan keluhan. Saat ada yang curhat kepada kita jangan buru-buru merangkai jawaban. Dengarkan dengan seksama, puji hal yang sudah baik, cermati nilai yang dianut lalu berikan info relevan. Jangan dahulukan apa yang sudah terjadi pada kita, simpan dulu cerita sukses menyusui kita, cukup dengarkan.
Saya langsung merasa tersindir waktu dr. Oei bilang begitu. Sering sih kalau ada ibu-ibu yang curhat, otak saya langsung nyari inti masalahnya dan nyiapin jawaban. Terus cerita berdasarkan apa yang pernah saya alami dulu, padahal harusnya dengerin aja dulu yak.. Hmmh, emang beda kalo konselor bersertifikasi internasional yang ngasih tau. Berasa nyess gitu di hati :D ‘Daging’ semua deh materinya dokter Oei ini. Saya sama sekali gak merasa rugi ikutan seminar ASI meskipun Rania sudah lulus ASI sampai 2 tahun 3 bulan. Semoga anak kedua (dst ?) nanti saya bisa lebih baik lagi. Dan yang paling penting, ilmu ini adalah investasi yang bisa saya turunkan ke generasi selanjutnya *aseek*



Sudah kepanjangan banget yah ini. Materi kedua yang dibawakan oleh dr. Tan Shot Yen saya buat posting tersendiri biar gak capek bacanya, haha. Kalau saat dr. Oei saya bisa mencatat banyak hal penting, hal sebaliknya justru terjadi saat dr. Tan memberikan materi. Saya cuma bengong dan baru sadar catatan kosong sampai akhir materi. Xixixi. Sibuk mendengarkan sambil tersindir sih ya :'D


Sabar yah menanti postingan kedua, sudah saya draft tapai masih butuh penyempurnaan. Stay tune :D

UPDATE :
Bagian kedua bisa dibaca disini ya..
SelebrASI 2 Tahun AIMI Lampung (Bagian Kedua), dr. Tan Shot Yen : Jangan jadi Ibu Micin Pencetak Generasi Micin


Friday, December 8, 2017

Belajar Membuat Mie Sawi Homemade Bersama Rumbel Memasak IIP Lampung

December 08, 2017 2 Comments
Latepost banget inih.. :D

Dari kemarin pengen mengabadikan momen bikin mie bareng ibu-ibu IIP Lampung di blog ini. Tapi apalah daya, newbie blogger satu ini sibuk terus sama urusan dapur, jadi gak keketik-ketik. Xixixi.


Ceritanya udah lamaa banget saya pengen punya gilingan mie. Mau buat mie homemade gitu. Soalnya jajanan favorit saya kan mie ayam dan bakso, rasanya kalo udah bisa bikin 2 makanan itu, agak aman deh kantong mamak saat weekend tiba. Hahaha. Jadilah dari tahun kemarin ada niatan mau beli gilingan mie.. tapi belum terlaksana.

Long story short, Rumah Belajar (Rumbel) Memasak Institut Ibu Profesional (IIP) Lampung mengadakan acara membuat mie sawi homemade di rumah salah satu anggota, yaitu Mbak Iin, sekitaran 3 minggu yang lalu. 


Bagai gayung bersambut, saya teringat cita-cita mulia hampir setahun lalu untuk membuat mie sendiri di rumah. Dan seperti dipertemukan oleh semesta (halah) pas jalan-jalan ke Ace Hardware 2 hari sebelum acara, saya melihat gilingan mie (ampiang) di rak pajang toko. Aaakkkk. Harga gilingan mie merk Krischef itu kalau tidak salah sekitar Rp 250.000. Saya lupa saking semangatnya :'D

Begitulah kalau Tuhan mengizinkan, tetiba dengan ringan Mas Agung langsung nawarin, “Bunda mau beli ini?” saya mesem-mesem. “Mau gak?”, “YA MAU LAH!!!” hahaha. Akhirnya hari itu saya pulang dengan hati yang riang karena membawa ampiang. Makin semangat saya menunggu hari H, Sabtu, 19 November 2017.

Gilingan mie merk Krischef yang saya beli di Ace Hardware

Saat hari H tiba, saking semangatnya si ampiang hampir saja saya cuci. Untung baca buku petunjuk dulu. Ternyata ampiang hanya perlu dilap aja, gak perlu dicuci pake sabun. Alhamdulillah selamat :'D

Bolak-balik saya melihat jam khawatir terlambat sambil mengingatkan suami, “Sayang ayookkk.. Adek udah terlambat nihh..”. Setengah berlari saya bebereotan membawa ampiang, 2 buah baskom, celemek, lap dan potluck berupa muffin cokelat yang saya buat sehari sebelumnya sambil menggandeng tangan Rania masuk ke dalam mobil.

Sesampainya disana, syukurlah acara belum dimulai. Mbak Linda yang memandu acara belum datang rupanya. Kemungkinan, malam sebelumnya beliau lembur bikin contoh mie sawi homemade yang sudah jadi sampai diolah sehingga keesokan harinya para peserta acara tinggal mencicipinya. Sungguh berdedikasi prok prok prok :D

Sekitar pukul 10.30, Mbak Linda dan suami datang lebih bebereotan lagi daripada saya. Bawa 2 ampiang, meja panjang, se-tupperware mie sawi yang sudah dimasak dan perbagai pernak-pernik memasak yang lain. Acara dimulai saat 3 buah ampiang, termasuk ampiang saya, terpasang manis di atas meja.

Dimulai dengan penjelasan Mbak Linda tentang cara mengadon tepung. Wow anak-anak super excited. Apalagi saat cairan sawinya dituang dan adonan berubah menjadi hijau. Meskipun hijaunya agak pucat sih, bukan hijau jreng seperti kalau kita pakai pewarna makanan :D Tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk terus mengadon.

Mb Linda tetap sadar kamera saat mengadon tepung :D

Excitednya anak-anak dan para emak saat mengadon tepung

Woww air sawinya dituang :D

Rania pun semangat ikut berkontribusi sampai pipinya penuh tepung. Xixixi.


Bagi Rania ini sensory play yang asyique 

Beberapa peserta, termasuk saya, tidak sabar kapan adonannya rata :’D “Kuncinya sabar..” begitu kata Chef Linda. Tapi mengendap-endap saya ke dapur, menuangkan kembali cairan sawi. Dann tring! Adonan saya jadi. Hahah, saya tersenyum puas.

Setelah adonan jadi, kami semua semangat sekali menggiling mie dengan ampiang. Ini kali pertama saya memegangnya. Soo happy. Apakah ini adalah sebuah awalan dari bisnis mie ayam bakso yang akan saya bangun dalam beberapa tahun kedepan? Wohooo pembaca tolong aamiin-kan saja :D

Rania ikutan menggiling mie

Anak-anak semangat banget memperhatikan instruksi

Bukan cuma ibu-ibu dan anak-anak, bapak-bapak pun semangat.


Rajinnya plis berlanjut sampe di rumah yaa pak bapak wkwk

Setelah menggiling adonan mie dengan ampiang, guess what, adonan saya ternyata kelembekan. Jadi waktu digiling agak bergerindil. Gak mulus gitu. Itulah akibat dari abai pada rules sabar-nya Chef Linda. Gak apalah. Namanya baru pertama *pembelaan*

Setelah lelah bermain dengan adonan dan ampiang, kami menikmati potluck yang dibawa siang itu. Ada mie sawi yang sudah diolah, rujak tahu, pempek dan ehmm muffin cokelat buatann saya :D Sesi makan-makan lalu dilanjutkan dengan foto-foto.

Nyam nyam

Foto-foto dengan hasil mie sawi buatan sendiri :D

Acara berakhir sekitar pukul 13.30. kami pulang dengan membawa mie buatan masing-masing. Bahagia rasanya karena bisa membuat mie sendiri. Tidak sulit ternyata. Kuncinya sabar :D

Saya juga diajarkan tentang cara membersihkan ampiang. Yaitu cukup dilap dengan kain atau tisu. Kalau ada adonan yang masih tertinggal dibagian yang agak dalam, biarkan kering terlebih dahulu supaya lebih mudah dibersihkan dengan cutik gigi.

Setelah sholat dan menikmati potluck, saya pulang karena sudah (kenyang) dijemput suami :D

Kegiatan membuat mie homemade ini menjadikan saya bertekad untuk membuat mie serupa di rumah. Untuk pewarnanya bisa diganti dengan wortel yang menghasilkan warna orange atau ungu dari ubi. Saya dan keluarga suka sekali dengan macam-macam olahan mie.

Ada yang mau ikutan bikin mie homemade ini di rumah? Ini resep membuat mie sawi homemade yang tak segan dibagikan oleh Chef Linda.

Resep Mie Sawi Homemade

Bahan:
1 kg tepung terigu protein tinggi (misal cakra premium)
1 butir telur
2 ikat caisim, ambil daun dan batang muda
1 sdm minyak goreng
Kurang lebih 2 gelas air

Cara Membuat:
  • Blender telur, sawi, minyak goreng dan air sampai halus
  • Ambil baskom, masukkan terigu
  • Buat lubang di tengah baskom
  • Beri air sawi sedikit demi sedikit, uleni. Terus lakukan sampai adonan kalis tapi tidak lembek.
  • Bentuk bulat-bulat (kira-kira setengah kepalan tangan) dan tutup dengan lap basah
  • Diamkan minimal 30 menit
  • Ambil bulatan, gepengkan adonan dengan tangan
  • Siapkan ampiang, masukkan adonan dan putar mulai dari nomor 1. Pipihkan kembali adonan sampai halus sambil terus ditambah nomornya. 2, 3 dan 4 tergantung keinginan. Jika igin hasil mie lebih kecil lagi, tambahkan nomor.
  • Setelah pipih, pindahkan adonan dan giling ke bentuk mie. Giling perlahan sampai adonan habis.
  • Angin-angiknkan mie. Setelah itu impan di wadah kedap atau ditutup plastic wrap, bisa dimasukkan ke dalam kulkas. Mie siap diolah.
Penampakan mie sawi homemade yang sudah jadi

Setelah mie sawi homemade jadi, kita bisa mengolahnya menjadi berbagai macam masakan. Salah satunya ini nih.. Mie nyemek ala Mb Linda. Cekidot! :D

Resep Mie Nyemek Ala Linda

Bahan:
2 porsi mie homemade, rebus sebentar lalu tiriskan
2 butir telur
1 sdm kecap manis
Garam secukupnya
2 sdm minyak goreng
1 ikat caisim, potong-potong
3 lembar kol, potong-potong
1 sdm minyak wijen
10 butir bakso, iris tipis bulat
2 buah wortel lokal, potong serong

Bumbu halus:
4 siung bawang putih
5 butir bawang merah
4 butir kemiri
1 sdm ebi
1 sdt lada putih

Pelengkap:
Acar timun dan wortel
Bawang merah goreng
Irisan daun bawang

Cara Membuat:

  • Campurkan mie, garam dan kecap manis di baskom tersendiri. Aduk rata, sisihkan.
  • Panaskan wajan, beri minyak. Goreng bumbu halus sampai harum kecokelatan.
  • Masukkan, telur, bakso, wortel, kol dan caisim. Aduk rata sampai sayuran layu.
  • Matikan api, masukkan mie. Aduk perlahan, masak dengan api kecil. Tambahkan minyak wijen. Koreksi rasa. Jika sudah oke, matikan api.
  • Angkat dan sajikan dengan taburan daun bawang, bawang merah goreng dan acar.
  • Hidangkan hangat.

Wow.. Yuk ah sesekali coba buat mie sendiri di rumah. Seperti tagline nya rumbel memasak IIP Lampung "Hadirkan Cinta dalam Setiap Rasa" aseek :D