Saturday, June 9, 2018

Tips Mudik Nyaman Naik Bus Bersama Balita

June 09, 2018 7 Comments

Buk ibuk setuju yaa, kalau momen mudik bersama balita itu adalah salah satu pengalaman paling menegangkan bagi seorang ibu baru. Rasanya deg-degan banget. Awal packing  bingung mau bawa apa, setelah packing lebih bingung lagi karena kok rasanya mau dibawa semua, hahaha. Tenang kamu tak sendirian, toss dulu kitah! wkwk XD

Btw, ini postingan collab saya bareng Mama Rayyaan Razqa. Baca juga cerita Mama 2R yaa.

Pengalaman pertama saya membawa anak dalam perjalanan jauh dimulai saat Rania masih bayi merah berusia 37 hari. Saat itu, kami menempuh perjalanan Lampung-Jambi sekitar 23 jam dengan kecepatan very slow, hehehe. Alhamdulillah, karena naik kendaraan pribadi, kami jadi bisa banyak berhenti di jalan sekedar untuk istirahat, makan, atau membersihkan pup Rania  di kamar kecil.

Setelah berhasil melewati hari itu, saya jadi lebih pede bawa Rania bepergian, hehehe. Perjalanan darat, laut, udara, kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi, hayuk ajah! XD


Dari semua portofolio perjalanan Rania (tsaelah protofolio, hahaha), bagi saya yang paling challenging adalah saat harus mudik ke kampung halaman naik bus lebaran tahun kemarin. Ketika itu usia Rania 2 tahun 2 bulan. Kami berangkat sekitar pukul 3 sore dari Bandar Lampung dan sampai di Jogja pukul 1 dini hari di hari berikutnya. Hueheheheh.

Tahun ini, kami kembali berencana pulang naik bus, insya Allah persiapannya lebih matang deh, karena tahun kemarin kan sudah pernah, hihihi. Berikut saya rangkum beberapa tips mudik nyaman naik bus bersama balita berdasarkan pengalaman saya tahun kemarin ya buk ibuk, untuk yang tahun ini kalau ternyata ada tambahan, nanti blogpost nya saya update lagi deh. Let's cekidot!


Tips Mudik Nyaman Naik Bus Bersama Balita


1. Saat beli tiket
Usahakan banget untuk nggak ambil tempat duduk di deretan depan dekat supir. Karena perlu kuberitahu bahwaa kebanyakan supir bus dan kernetnya akan merokok hampir sepanjang jalan meskipun kita naik bus full AC. Itu sungguh menyebalkan, huhu. Jangan pula ambil bangku terlalu belakang, karena guncangannya lumayan dan deket kamar mandi, hmm. Saya sarankan bangku tengah. Tinggal pilih, mau lebih deket ke rokok apa ke kamar mandi? hahaha. Nggak lah ya, kamar mandi nya gak bau kok kalo kita gak deket-deket banget. Jadi saya cenderung memilih untuk berada di deret tengah hampir ke belakang.


2. Persiapan alat tempur anak
Penting sangat untuk punya tas serbaguna yang muat diisi oleh beberapa barang sebagai berikut:

Makanan dan minuman. Siapkan bekal nasi supaya perut anak 'aman' di jalan. Bawa juga kotak makan kosong beserta sendoknya kalau-kalau anak beli jajanan di jalan. Bisa juga untuk menaruh sisa makanan, multifungsi deh. Siapkan cemilan favorit, air putih (sedotan) dan susu. Cemilan favorit ini kalau saya ada yang sifatnya mengenyangkan, semacam roti dan ada juga yang kletikan, seperti stik keju dan kawan-kawannya. Bawa botol minum dan sedotannya jangan lupa buibu. Anak akan lebih aman minum di jalan dengan menggunakan sedotan untuk meminimalisir tumpah. Sedangkan untuk susu, saya biasanya membawa beberapa kotak UHT kemasan paling kecil.

Mainan. Bawa 1 atau 2 item mainan, kalau bisa mainan baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya, gak terlalu printilan dan bisa dimainkan dalam waktu yang lama. Tahun kemarin saya membawa busy book yang masih dibungkus. Rania seneng banget waktu buka paketnya sendiri, lanjut main berulang-ulang, berasa dapet kado dadakan kann, hahaha. Alhamdulillah adem ayem sampe Jogja. Waktu itu Rania belum kenal youtube sama sekali, jadi saya gak mempersiapkan gadget untuk dimainkan di jalan.


Pospak. Estimasikan ganti pospak tiap 4 atau 5 jam sekali. Lebihkan 1 atau 2 buah, kalau-kalau ada surprised pup, ehehe. Siapkan juga beberapa plastik kecil untuk wadah pup kotor sebelum dibuang ke kotak sampah. Saya dulu masing-masing pospak dibungkus dengan plastik langsung, jadi tinggal ambil saat mau ke kamar mandi. Kalau perlu, siapkan air mentah di botol besar untuk campuran saat anak cebok, karena air di kamar mandi bus biasanya sangat dingin.

Alat kebersihan. Ini super duper penting. Bawa tisu kering, tisu basah, dan alat mandi. Mandi? Iya, harus mandi, karena perjalanannya satu hari lebih. Demi kenyamanan anak, mandilah paling minimal sekali deh, saat bus berhenti untuk istirahat di rumah makan. Alat mandi yang dibawa meliputi sampo, sabun,  sikat gigi, pasta gigi dan handuk kecil. Semua peralatan mandi, bawa dengan botol kecil dan masukkan ke dalam satu pouch supaya mudah ditenteng.



Baju. Siap baju ganti minimal 3 buah di tas. Fungsinya untuk kalau tiba-tiba baju terkena kotoran/basah, ganti saat mandi, atau kalau gak sempat mandi, minimal badan anak di lap dengan handuk basah, keringkan, lalu ganti baju di jam-jam mandi biasanya.

Alat tidur. Bawa jaket, topi/jilbab, selimut kecil dan kaus kaki supaya gak kedinginan saat tidur. Kalau punya bantal kecil boleh pun dibawa. Tahun ini saya membawa boneka hafizh doll juga karena biasanya saya setel jelang Rania tidur.

Obat-obatan. Obat-obatan yang saya bawa biasanya adalah segala perminyakan, berupa minyak telon, minyak but-but dan minyak kayu putih plus transpulmin. Bawa juga tolak angin anak untuk jaga-jaga. Kalau anaknya mabuk, bisa bawa antimo atau sejenisnya. Rania alhamdulillah nggak sih, jadi saya gak punya pengalaman soal obat anti mual. Bawa juga termometer dan obat penurun panasin case something happen, semoga nggak sih ya, huhu.

Gendongan Ergonomis. Ini fungsinya untuk menggendong anak agar gerakan pindah emak dari satu tempat ke tempat lainnya menjadi kebih cepat, xixixi. Atau saat si bocah hanya sedang ingin ditimang-timang. Pilih gendongan yang ergonomis supaya nyaman untuk ibu dan bayi. Tahun kemarin saya pakai Andrea seri toddler.



3. Persiapan alat tempur orang tua
Pakai baju nyaman yang ada kantongnya, untuk menaruh barang printilan anak atau bahkan punya kita sendiri. Plus bawa masker, untuk mencegah debu dan asap rokok.

Dompet diisi dengan uang secukupnya, siapkan uang kecil mana tau anak minta jajan. Bawa KTP dan kartu penting lainnya, seperti ATM, kartu BPJS orang tua dan anak dll.


Lainnya kurang lebih sama dengan anak, tinggal disesuaikan, tambahannya adalah hape dicas penuh, powerbank standby. Ini berguna banget untuk refresh pikiran saat anak tidur, hahaha. Bisa juga bawa buku sih, tapi kalo saya mah suka pusing baca buku di jalan. Atau yang paling mulia nih, kita bisa mengisi waktu luang dengan membaca Al-Qur'an dari aplikasi hape. Mudik tuh biasanya 10 hari terakhir kan ya.. Sayang kalau gak dimanfaatkan dengan baik.


4. Niatkan perjalanan untuk ibadah
Ini yang sering kita lupa kan? Padahal segala sesuatu yang niatnya ibadah akan terasa lebih indah, termasuk mudik bersama balita. Ini ane bukan mendadak jadi Mamah Dedeh loh, tapi sungguhlah makna perjalanan akan jadi beda kalo kita mudik cuma buat 'mudik doang' dan mudik untuk ibadah.


Beri penjelasan ke anak, kalau kita akan menemui kakung, uti dan saudara di kampung. Bersilaturrahim sekaligus menyenangkan hati mereka. Menyenangkan hati orang lain itu insyaAllah bernilai pahala kebaikan di sisi Allah. Maka semoga dengan niatan ini, susah senang gonjang-ganjing mudik di perjalanan bersama balita akan terasa lebih ringan, xixixi.

Jangan lewatkan ibadah wajib, apapun kondisinya. Iya, ibadah itu kita yang mengusahakan. Ingat bahwa anak aan mencontoh apa yang kita lakukan. So, parents pliss, jangan jadikan alibi baju kotor di perjalanan sebagai alasan kita untuk meninggalkan ibadah. Karena secetek pengetahuan saya, kotor itu belum tentu najis. Jangan juga beralasan capek bolak-balik musholla atau bingung karena gak ada air. Pelajari soal tayamum, sholat jamak maupun qashar dan tata cara sholat di perjalanan. Supaya sudah siap saat mudik dan gak googling-googling lagi, hehehe.

Nikmati momen bersama keluarga sambil mempererat bonding, sebisa mungkin temani anak dengan perhatian penuh selama perjalanan. Dengarkan celotehnya, jawab pertanyaannya. Belajar bisa dimana saja, termasuk saat perjalanan. Ada banyak hal yang bisa anak kita pelajari, dengan bimbingan orang tua tentunya. Ajarkan pula anak kalimat-kalimat tasbih, misal 'masyaAllah' saat melihat sesuatu yang indah.

Pak, Buk, sibuk sendiri main hapenya ntar ntar aja. Disini kesempatan kita banget untuk semaki  mengenal karakter anak dan lebih dekat dengan mereka loh. 



5. Kerjasama
Kerjasama yang baik antar suami istri saat mengasuh anak dalam perjalanan, akan membuat semuanya jadi lebih ringan, caya deh! :D Penting untuk berangkat dalam keadaan mesra yah, maksodnya jangan berantem sama pasangan pas hari H, HAHAHA. Asli itu bikin gak nyaman banget. Perjalanan kalau bukan untuk dinikmati, terus untuk apa dong? Aseek.


Sounding ke anak sejak jauh-jauh hari tentang rencana mudik, naik apa, berapa lama dan jelaskan gambaran perjalanannya dengan bahasa yang sederhana. 

It's all wrap! Begitulah tips berdasarkan pengalaman ini saya buat yah buk ibuk. Selamat mudik semuanyaaa. Semoga perjalanannya berkah, menyenangkan dan sehat selamat sampai tujuan. Aamiin... Jangan lupa do'a saat perjalanannya yaa :D









Wednesday, June 6, 2018

Resep Terong Cabai Hijau dan Cerita Family Project Perdana Keluarga Subekti

June 06, 2018 3 Comments


Ih wow akhirnya saya nongol lagi di blog, wkwk. Bulan ramadan ini ceritanya berusaha banget gitu meminimalisir sentuhan dengan gadget, termasuk ngisi blog.  Cuma 30 hari kan dalam setahun, jadi pengen manfaatin sebaik-baiknya. Tiap mau ngetik blog, ada rasa bersalah, haee tilawah masih sedikit, tilawah aja dah. 20 menit kemudian mulai ngantuk. Buka hape dulu ah biar sembuh ngantuknya. Kemudian scroll instagram 30 menit. BHAIQUE.

Mari skip usaha yang gagal itu, semoga sisa ramadan beberapa hari ini ibadah saya bisa lebih baik lagi, huhu, aamiin.

Beberapa rencana family project di bulan ramadan yang sudah digadang-gadang sejak sebulanan yang lalu, alhamdulillah akhirnyaaa bisa kami wujudkan. Baru satu sih, WK, tapi itu aja udah buat seneng banget. "Memberi makan orang yang berpuasa" Seruu rasanya, campur aduk deh, ada happy, ada sebel, ada tegang, ngos-ngosan, tapi lega dan juga bahagia, hehehe.


Happy karena ini adalah family project pertama keluarga yang sedari awal sudah kami rencanakan untuk dilakuin bareng-bareng bertiga. Pokoknyah apapun yang terjadi, we are team!, tsaelah.

Sebel karena ya memang kendala dalam keluarga kecil kami itu komunikasi. Saya sama suami sering banget miskom. Maksudnya A, saya nyampein pake cara B, suami pake cara C, gak nyambung, kemudian saya ngambek, suami pusing dan harus diselesaikan saat itu juga, sementara saya males ngomong XD Begitu lah yang terjadi selama 4 tahun pernikahan. Kami masih terus saling memahami satu sama lain, mungkin karena beda "bahasa" yaa. Maklum suami jawa tulen, saya mah jawa gede di sumatera, hehehe. Tapi abis itu baikan dan malah tambah mesraa, halah.


Tegang. Gimana nggak? Kami belanja dadakan hampir seluruh bahan pagi harinya. Eh, udah siang sih, jam 10-an. Paginya leyeh-leyeh dulu :D Yang udah saya cicil belanja dari hari-hari sebelumnya cuma cabe ijo doang, itu pun belum saya apa-apain, hahaha. Dan karena hari itu hari Jum'at, pulang dari pasar, suami sholat jum'at dulu. Saya masih belum mulai juga, mandi plus sholat, lalu buka buku resep. Selesai sholat, nyuapin Rania dulu sambil nunggu suami pulang. Kan team ya, jadi pengennya mulai bareng gitu *alasan* Jam 1 saya masih okelah. Jam setengah 2 suami belum pulang juga dari masjid. Jam 2 kurang 15 saya telpon, "DIMANAAA???" Jam 2 teng, akhirnya kami mulai, huahuahuaa. Suami kebagian bersihin lele, sementara saya ngulek cabe dan bawang untuk masak terong cabai hijau.


Resep Terong Cabai Hijau
Sumber: Buku resep Variasi Hidangan Lauk Pauk untuk Sebulan oleh Lucy Lusanty

Bahan:
Terong ungu 4 buah, belah, potong 4 bagian
Cabai hijau 200 gram
Bawang merah 5 butir
Teri jengki 100 gram, goreng kering
Minyak goreng
Daun jeruk 5 lembar
Garam 1 sdm

Cara membuat:
Ulek kasar cabai hijau dan bawang merah
Goreng terung sampai layu dan lembut
Tumis cabai hijau dan bawang merah sampai harum, jangan terlalu matang
Masukkan terong dan daun jeruk, bubuhi garam
Tambahkan teri goreng, aduk rata. Angkat.

Mon maap. Saking riweuh-nya, saya cuma punya poto ini. Bawang dan cabe ijo, hahaha.

Simpel kan yaaa? Saya sukaa banget sama masakan terong dicabein ini. Bahkan lebih suka terong dicabe ijo daripada dicabe merah, apalagi dicabe-cabein -_- Karena saya suka dan membangkitkan selera makan itulah, makanya saya memilih menu terong cabai hijau ini untuk ifthar orang-orang yang berpuasa. Kemarin saya masak 2 kg terung dengan 1/2 kg cabai hijau dan 1/4 bawang merah. Bahan-bahan lain menyesuaikan. Daun jeruk juga saya sobek-sobek biar aromanya lebih keluar. Btw, cabe dan bawangnya harus diulek yaa. Kalo diblender nanti jadinya terlalu halus, kurang mantep gitu. Paling sip ya diulek. Sabar-sabar aja nguleknya, hehehe.

Ngos-ngosan banget karena mulai masaknya mepet. Jadi berasa lagi di Master Chef, dikejer waktu! Setelah selesai ngulek bumbu, saya langsung bumbuin lele pake garam, bawang putih ulek dan ketumbar. Suami cuss ke pasar lagi karenaaaaa, KERTAS NASINYA KURANG. Gubrak banget deh. Selain itu KARET GELANG KAMI JUGA GAK CUKUP. Jadi beli lah sekalian. LOL moment banget ini kalo diinget lagi. Bisa-bisanyaaaaaaa XD

Ba'da ashar, saya marathon goreng lele sekian puluh biji. Mo nangis rasanya karena kenceng di rumah saya kan kecil semua ya. Yang paling gede buat masak terong. Nyesel banget ngapa gak minjem alat tempur dulu sama Mamah, huhuhu. Suami mulai bersihin daun pisang untuk pelapis kertas nasi, masukin nasi, masukin tempe goreng dan terong cabe ijo nya. Sampe jam 5, lele yang mateng baru separonyaaaa. CRYYYYY. Langsung lah gorengan terakhir itu, saya cemplungin aja banyak banyak dan ikannya jadi nempel satu sama lain lalu mrotol. Huaaaaaaaaaaa.

Jam setengah 6 akhirnya semua selesai, NAMUNN ujian belum usai, HAHAHA. Karena kepenuhan isi, kertas nasinya susah ditutup XD ASTAGHFIRULLAH. Kami jadi banyak-banyak beristighfar :'D Wes lah, bentuk tak masalah plenyat-plenyot yang penting rasa (?) Rasa? Lah saya aja puasa, belum tau masakannya keasinan apa nggak. HAHAHA. Pas ngetik blogpost ini aseli lah saya keinget stress nya kemarin ituh. Pengalaman pertama banget masak untuk orang banyak. Sungguh warbyasak. Panikk boooook XD




Jam 6 kurang 15, alhamdulillah semua siap. Res beres, gotong-gotong, salin baju (gak sempet mandi lagii, huaaaa, masih bau terong, wkwk) jam 6 kurang 10 kami berangkat dari rumah menuju Masjid Al-Hikmah di Gang PU. Kok jauh amat? lha iya, udah diniatin. Soalnya suami tiap hari sholat disitu. Deket kantor kan. Trus disana memang dikasih makanan bukaan berupa nasi dari sumbangan para relawan. 

Yang kami khawatirkan sampe sana sholat maghrib udah selesai, karena mayan jauh dari Way Hui ke Gang PU, Kedaton. Mana macet pulak, huhu. Tapi alhamdulillah.. sampe disana, kami baru ketinggalan 1 rakaat. Suami langsung kasih beberapa bungkus nasi itu ke pengurus masjid yang berjaga dan segera ikut sholat berjamaah, begitu pun saya dan Rania. LEGA BANGET RASANYAA. Fiuuhhhh.

Selesai sholat, saya deg-degan lagi. Masakan gue ini keasinan apa nggak yaa, hhahaha. Pas saya cicip, ALHAMDULILLAH passs. Suami juga bilang enak, ya Allah seneng bangettt. Padahal masakan keasinan itu udah jadi cerita keseharian saya, wk. Kali ini alhamdulillah, gak berhenti-berhentinya saya bersyukur. Terlebih pas liat nasi bungkusnya ludes. Ya Allah.. bahagia banget. Semoga bermanfaat untuk orang-orang yang berbuka di masjid tersebut. Dan semoga Allah juga berkenan menerima ibadah buru-buru kami hari itu.

~

Btw, Rania ngapain pas kami sibuk oprek di dapur? She was busy too. Bolak-balik bertanya sambil mainan sendiri. Sesekali ngerecokin juga, tapi masih terkendali lah, hihi. Beberapa hari sebelumnya kami memang sudah memberikan pengertian tentang hal ini. Bahwa nanti kita akan memberikan makanan berbuka di masjid untuk orang yang berpuasa. Dengan itu kita bisa dapat pahala kebaikan dari Allah. Allah suka orang yang baik. Allah sayang orang yang baik. Selain itu, kita harus bersyukur punya makanan untuk berbuka puasa. Gak semua orang bisa merasakan hal yang sama. Dst, dst, tentunya dengan bahasa yang sederhana dan pengetahuan agama kami yang masih minim. Semoga suatu saat Rania bisa jauh lebih baik daripada kami, aamiin.

Alhamdulillah, hari itu ditutup dengan ngobrol ringan besok-besok gak boleh terburu-buru kek gini lagi. Kami juga memuji Rania yang sangat kooperatif menemani kami memasak di dapur. Selebihnya, kami bangga dan bahagia karena telah berhasil menyelesaikan project ini. Well done, Keluarga Subekti! :D




Sumber gambar: https://s1.bukalapak.com/img/191208933/w-1000/Terong_Ungu.jpg
Gif: Giphy