Sunday, September 30, 2018

Memotret Dieng dalam Kenangan Momen Terbaik 2018

September 30, 2018 26 Comments


"Waktu kecil dulu, ibu sama bapak gak selalu bisa nemenin Mas dan Bayu jalan-jalan. Setiap tiba waktu liburan, kita berdua biasanya nginep di rumah Bu Sri, adik ibu. Besoknya diajak jalan, paling sering ke pantai. Berangkat pagi-pagi banget supaya pas sampe sana udaranya masih segar. Bu Sri kan guru, ada waktu liburnya. Kalo bapak sama ibu harus tetep jaga toko." Hening menyelimuti pembicaraan kami malam itu. Bukan sekali dua Mas Agung bernostalgia tentang masa kecilnya. Dan saya dengan senang hati menyediakan telinga untuk mendengar kisahnya.

"Pokoknya dulu tuh seneng banget kalo ibu dan bapak bisa meluangkan waktu untuk liburan."
Kulihat pandangannya semakin jauh.
"Kenapa Yah?"
"Hehe gapapa. Mas cuma keinget perjuangan ibu dan bapak dulu. Sekarang ini rasanya pengeen banget, ngajak ibu sama bapak jalan-jalan, kemanaa gitu. Ke tempat yang belum pernah bapak sama ibu kunjungi, yang kira-kira bakal bikin seneng. Apalagi sekarang udah ada Rania kan, pasti tambah seneng deh. Kapan-kapan ya, Nda..”

Ajakan itu tentu saja ku-iya-kan. Meski belum tahu kapan akan terlaksana. Seperti luluh hati ini melihat suami yang berwajah sangar namun berhati mawar. Uhuk.

*** 

Waktu berlalu sejak pembicaraan hari itu. Nyatanya, justru ibu yang berinisiatif lebih dulu untuk mengajak jalan-jalan keluarga. Kebetulan kami berdua sedang pulang kampung, Dik Bayu libur kuliah, bapak dan ibu juga memutuskan libur jaga toko. Tujuan kami adalah kawasan wisata di Dataran Tinggi Dieng. Sekitar lima jam perjalanan dari Jogjakarta. Sejak menjadi bagian dari keluarga besar di tahun 2014, ini adalah kali pertama saya bepergian jauh bersama ibu dan bapak.

Foto pernikahan kami di tahun 2014.

Sepanjang perjalanan, kami sekeluarga sibuk bercengkerama. Ehm, mungkin lebih tepatnya makan cemilan, sambil mengobrol, hihi. Saya duduk di kursi paling belakang bersama Rania yang tak henti berceloteh. Sebenarnya hari itu saya masih memiliki deadline tulisan yang belum diselesaikan. Jadi, sambil sesekali menanggapi, saya curi-curi waktu untuk mengetik. Target saya, tulisan harus selesai sebelum sampai Dieng, supaya bisa berlibur dengan tenang.

Jelang sholat jum’at kami sekeluarga sampai di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Miniatur surga dunia yang terkenal dengan sebutan Negeri Di Atas Awan. Tak heran kawasan ini disebut sebagai "tempat bersemayam para dewa". Pemandangan indah berselimut kabut, ditambah hamparan pertanian yang subur dan legenda kutukan si rambut gimbal.


Segera sebelum naik ke atas, saya menekan tombol send. Alhamdulillah, tulisan sudah terkirim. Tujuan pertama kami adalah kawasan yang paling mudah dijangkau, yaitu Kawah Sikidang. Di tempat ini, kami disuguhi pemandangan lumpur panas meletup-letup dan asap putih pekat mengepul di udara. Sungguh background yang instagramable bukan? Banyak spot menarik yang bisa diabadikan. Siang itu udara sangat sejuk, namun matahari bersinar tak kalah terik. Berkali-kali saya mencari tempat yang bebas dari backlight untuk mendapatkan hasil foto yang optimal. Di tempat ini saya juga melihat bermacam-macam hasil bumi yang sebagian besar diantaranya merupakan tanaman khas Dieng, seperti carica, purwaceng atau ginseng jawa dan juga kentang merah, bahkan kentang ungu! Waw.



Puas mengeksplorasi Kawah Sikidang, kami berpindah tempat ke Telaga Warna. Hawa mistis sekaligus romantis sangat terasa begitu memasuki tempat ini. Air telaga yang tenang makin sempurna dengan guratan kabut pekat dan pepohonan rindang. Iya, saat itu kami memang salah memilih waktu. Pemandangan terbaik Telaga Warna seringkali terlihat di pagi atau siang hari. Saat telaga disinari terik panas matahari, dan airnya yang mengandung sulfur, bisa berubah warna menjadi hijau, kuning atau bahkan warna pelangi. Namun sungguh, itu sama sekali tidak mengurangi rasa takjub saya yang tak berhenti mengucap "Maasyaa Allah" saat mengagumi kecantikan Telaga Warna.



Pikiran saya otomatis sibuk mengatur angle foto. Namun sore itu, pengunjung masih sangat ramai dan kami harus mengantri untuk mendapatkan spot terbaik. Saya dan bapak akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di tepi telaga terlebih dahulu. Mata saya menangkap objek cantik berupa aneka macam bunga di tempat ini. Decak kagum saya tak berhenti memandang berbagai warna-warni ciptaan Allah yang tumbuh disana, sambil terus mengambil foto dari berbagai posisi. Tiba-tiba, "Nda! Kosong Nda!" Suara suami dari kejauhan memanggil. Ohh, alhamdulillah, saya lekas berlari menghampiri suami dan mulai mengatur posisi. Tiba giliran kami untuk berfoto di tepian kayu Telaga Warna.


"Udah belum?"
"Bentar.."
"Lama amat."

Saya kadung tidak enak dengan pengunjung lain yang hyaampun tetiba banyak lagi yang berdatangan antri untuk foto.

"Hang nih.. gak bisa moto."

Arghh, saya memutuskan mundur dan menyilahkan pengunjung lain untuk foto lebih dulu.

"Kenapa Yah?"
"Memori hape Adek penuh nih.. Pasti foto yang kemarin-kemarin belum dipindahin deh.."

Hmmh, saya tersenyum miris karena sadar betul selama ini sering merepotkan suami perihal memindahkan file hape ke laptop. Ndilalah kok yaaa, pas lagi momen keluarga di tempat begini memorinya malah penuh. Memang harus rajin back up sendiri sih, huhuhu. Gerutu saya dalam hati.

Males antri lagi, akhirnya kami foto disini aja dulu.

Kunjungan ke Telaga Warna kami sudahi saat rintik-rintik hujan mulai turun. Sore itu langit memang terlihat mendung. Sebenarnya, saya masih sangat ingin berkunjung ke tempat wisata yang lain di sekitar situ, terutama Candi Dieng. Sejak dulu, saya memang hampir selalu tertarik dengan candi dan benda-benda purbakala. Namun, selain cuaca yang memang tidak memungkinkan, saya juga sebenarnya mulai kehilangan mood karena kejadian memori hape tadi.


Ditemani hujan yang semakin deras, perlahan kami turun dari kawasan Dataran Tinggi Dieng. Malam itu, kami menutup kebersamaan dengan semangkuk mie ongklok khas Dieng (ergh, suami dan adik saya nambah sampai dua mangkok sih). Sepanjang jalan Rania tidak berhenti membuat kami semua tertawa. Padahal malam semakin larut. Mungkin Rania tidak ingin kehilangan sedikitpun momen dengan tidur sebelum benar-benar sampai rumah. Celotehnya sanggup menemani adik saya yang menyetir sekian jam sampai kami semua selamat kembali sampai di rumah. Alhamdulillah, liburan keluarga hari itu perlahan mulai mencairkan suasana diantara kami. Sebuah perjalanan memang bisa merekatkan hati orang-orang yang melaluinya bersama. Ahh, entah kapan lagi bisa kembali kesana sekeluarga. Pikiran saya melayang jauh, namun hati kecil saya lalu tersenyum. Kemanapun tujuan kami berikutnya, yang paling penting adalah pergi bersama mereka yang tersayang.
In life, it's not where you go. It's who you travel with.

Hape Impian untuk Merekam Kenangan Bersama yang Tersayang


Bahagia kami hari itu, menjadi momen yang penuh kenangan di tahun ini. Pulang kampung berikutnya, saya dan suami berencana gantian memilihkan tempat untuk kami kunjungi sekeluarga. Mungkin tidak perlu jauh, asal bisa membuat kami tertawa lepas satu sama lain. Sebuah tempat yang tidak perlu berjalan menanjak lagi, mengingat kesehatan ibu yang kini sudah lebih cepat lelah. Sebuah tempat yang akan jadi kenangan manis kami berikutnya.

Saat menentukan tempat itu, yang juga akan paling saya ingat adalah keharusan memiliki 'alat tempur' yang oke. Berupa smarttphone impian dengan performa yang jauuh lebih baik dari yang saya miliki saat ini. Iya, karena saya ingin menyimpan semua memori itu tidak hanya dalam bentuk kenangan, tetapi juga dalam gambar atau video yang bisa kembali saya ceritakan.



Dari perjalanan ke Dieng, saya mengambil banyak pelajaran sebagai bahan pertimbangan untuk memilih hape impian. Yang pasti, kamera harus bagus dengan kapasitas memori yang cukup besar. Tidak lemot, desain kece dan harga affordable (baca versi IRT irit: murah). Naluri ke-emak-emak-an saya tertuju pada hape Huawei Nova 3i yang ternyata bahkan memiliki spesifikasi lebih dari yang saya inginkan. Apa saja?

* Desain stylish dan mudah digenggam. Coba jawab, kita para wanita ini seringkali milih tampilan paling kece dulu atau spesifikasi paling oke? Kalau saya sih, jujur aja, pilih warna yang paling cute dulu baru belakangan nanya Spek-nya apa? hahaha. Huawei Nova 3i memiliki gradasi biru dan ungu yang super cantik. Mevvah saat pertama kali melihat. Enak dipandang dan bikin nyaman, tipikal wanita hape idaman banget kan?


* Huawei Nova 3i punya empat buah sensor kamera, dual kamera di bagian depan dan dual kamera di bagian belakang. Keempat kamera ini bisa menghasilkan efek bokeh tanpa harus edit snapseed, hehe. Kamera utama dibekali sensor 16 MP + 2 MP. Kamera depan bahkan memiliki sensor yang lebih besar, yaitu 24 MP + 2 MP, hingga membuat Huawei Nova 3i masuk dalam kategori selfie camera. Ugh, could i repeat selfie in Kawah Sikidang? Keunggulan ini ditambah lagi dengan adanya fitur Artificial Intelligence (AI) yang bisa secara otomatis menentukan mode terbaik saat kita akan memfoto sebuah objek. Juga High Dynamic Range (HDR) yang mampu menghasilkan gambar tetap optimal meski minim cahaya. Sungguh cocok bagi penyuka foto instan bagus layak upload dalam sekali jepret seperti saya.

* Kapasitas 128 GB! Paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini. This is what i really love! Sudahlah jangan sampai kejadian mundur foto di Telaga Warna itu terulang kembali *cry*

* Dilengkapi dengan RAM sebesar 4 GB, sistem operasi android 8.1.0 Oreo terbaru dan prosesor Kirin 710. Yang saya tau, dengan kelengkapan seperti ini, Huawei Nova 3i memiliki performa yang baik, tidak lemot. Sangat tepat bagi freelancer yang harus mobile menyelesaikan pekerjaan disana-sini. Masih kurang? Hape impian ini juga dilengkapi dengan GPU Turbo untuk para pecinta gamers. Wah, Mas Agung nih yang hobi main football football apalah itu di hapenya. Pamer performa ahh, hihihi.


* Slot dual SIM yang keduanya berada di jaringan standby 4G. Sungguh surga bagi pecinta bonus kuota seperti saya yang SIM satunya suka diganti-ganti supaya paket data tetap ngebul.

* Layar lebar berukuran 6,3" dengan FullView display dilengkapi juga dengan fitur eye comfort. Saya optimis fitur ini akan mengurangi kejerengan mata saya saat harus mengetik blog dimana-mana lewat hape seperti saat dalam perjalanan menuju Dieng.


* Terdapat fitur Qmoji dan AR Stiker yang bisa membuat mimik wajah, gerakan dan suara-suara lucu penghibur bosan di perjalanan.

* Paling MURAH di kelasnya. Ya Allah.. MERDEKA dan MELEGAKAN banget gak sih begitu tahu informasi yang terakhir ini? hihihi.

Dengan sebegitu banyak kekecean yang sudah saya sebutkan di atas. Disempurnakan lagi dengan harga yang ramah di kantong, membuat saya FIXED memilih Huawei Nova 3i sebagai hape impian di tahun 2018. Sekaligus 'alat tempur' wajib yang akan saya bawa kemana-mana kelak saat merekam kenangan bersama mereka yang tersayang.




"Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway blog-nya Jiwo."



Saturday, September 22, 2018

Resep Daging Cincang Rumah Makan Padang

September 22, 2018 25 Comments

Suatu hari di temlen saya.. lewatlah postingan resep daging cincang milik Mommychaa (instagram @icha.irawan). Postingan ituuuuh, sanggup membuat saya seketika membulatkan tekad menuju rumah makan padang *gampang terpengaruh XD Langsung happy banget deh saat nasi padang sudah ditangan. Kebayang tinggal 'lepp' di rumah.. Nyam nyam.

Baca : Rahasia Tumis Sapi Cabe Ijo ala Hokben 
 
Btw, nasi padang punya kisah tersendiri dalam hidup saya *malah jadi nostalgia* Dua tahun lamanya saya merantau di Kota Jambi saat masih jadi pegawai pemerintah. Dua tahun itu pula hampir setiap hari saya makan nasi padang. Gausah heran, habisnya saya bingung sih mau makan apa lagi, hihi. Paling sesekali diselingi dengan makan Ayam Lepas dekat Gor Kota Baru atau sop daging di seberang Islamic Center. Selebihnya, ya balik lagi ke nasi padang.

Saking banyaknya rumah makan padang di Jambi, saya sampe dejavu Jambi itu adalah Padang, hahaha. Pada zaman itu rumah makan prasmanan tidak terlalu banyak dan kualitas makanannya pun so so. Sebagai anak warteg saat masih ngekos di Jakarta dulu, saya suka sedih kangen masakan rumahan. Dan karena makan masakan padang terus menerus, dalam kurun waktu dua tahun kadar kolesterol dalam darah saya selalu diatas normal! that's horrible :( medical check up tahun pertama 210, tahun kedua 220! Padahal batas normal harusnya 200. Oemji..

Balik lagi ke nasi padang yang saya beli hari itu. Harga hampir 30 ribu, untuk satu bungkus nasi padang, yang setelah saya buka, isinya sungguh tidac proporsional. ~ cryy. Porsi nasi banyak bangettt. Gulai cubadak 2 potong doang, sambalado satu sendok makan, yang kalo dibagi untuk nasi segambreng itu mana cukupp. Dann daging yang ukurannya menyedihkan. Ibarat angka 10 dibagi 15, dapetnya 0 koma doang, huhuhu. Berhubung saya laper banget dan sungguh ingin makan cincang padang, udahlah tetep lahap bagai quda. Semua tandas, kecuali nasinya. Selesai makan, saya masih merasa penasaran dan belum puass. 

resep cincang padang
Pengen daging cincang yang banyak dengan bumbu semaunya ky ginii.

Sebenarnya, sudah lama saya gak menginginkan nasi padang sampe sebegininya, hihi. Sejak resign dan balik lagi ke Bandar Lampung, saya ogah-ogahan tiap kali melihat nasi padang. Boseeenn akutuuuuu. Tapi lidah gitu sih yaa. Suka benci-benci rindu, pfft. Lama-lama kok yaa kangen lagi sama masakan padang. Apalagi setelah lihat postingan Momychaa hari itu. Sempurna banget makan cincang pake telur rebus, timun plus emping.. huhu. Dan begitu beli, eh hasilnya kurang memuaskan. Udah lah saya putuskan untuk BUAT sendiri DAGING CINCANG di rumah yang rasanya kudu persis sama dengan rasa daging cincang yang ada di rumah makan padang, xixixi. Kebayang kaan, bisa tuang sendiri kuah cincang sepuasnya.. aduk-aduk di dalam nasi panas sampe medok! duh, niqmattt XD


Resep Daging Cincang Rumah Makan Padang

By : Momychaa (IG @icha.irawan)
Recook by meee~

Bahan:
1 kg  daging (boleh yang berlemak/tulang), potong dadu

Bumbu yang dihaluskan:
15 butir bawang merah
8 butir bawang putih
1/2 buah pala
4 cm jahe (sejempol)
4 cm lengkuas (sejempol)
3 cm kunyit (sekelingking)
5 butir kemiri 
15-20 cabe merah keriting

Bumbu-bumbu lain: 
2 sdm bumbu kari bubuk
1 sdt ketumbar bubuk
1 sdt lada bubuk
1/2 sdt kayu manis bubuk
5 butir cengkeh
2 buah bunga lawang
1 lembar daun kunyit
5 lembar daun jeruk
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
1 sdt gula merah
1 sdm air asam jawa
2 gelas air (ukuran gelas belimbing)

Cara memasak:
Tumis semua bumbu sampai wangi (kalau saya, masak dulu bumbu halus sampai setengah matang, baru masukkan bumbu-bumbu lain, aduk-aduk sampai keduanya matang)
Masukkan daging, aduk rata sampai daging berubah warna
Masukkan air, tutup panci, masak sampai daging empuk dan airnya mengental
Terakhir, bila daging sudah empuk, koreksi rasa (kalau saya, tambahkan garam secukupnya dan sedikit penyedap rasa)
Siap disajikaaannnn ~

resep cincang padang
Cincang Padang versi close up. Nyak enyak enyakk.

Alhandulillah kesampean juga buat daging cincang sendiri.. Wanginya saat dimasak syedeppp bangettt lohh. Hasilnya juga maasyaAllah enakkkk! Cepet-cepet saya ambil nasi bahkan sebelum dagingnya empuk banget, hahaha. Gapapa lah makan duluan, udah ga ketahan lagiiii XD


Salut luar biasa ya sama nenek moyang kita yang berhasil memadupadankan berbagai macam kekayaan rempah Indonesia menjadi satu sajian masakan yang lezat. Jujur, ini kali pertama saya masak pake bunga lawang, hihi. Bangga deh dengan kekayaan kuliner Indonesia. Kamu harus cobain resep cincang padang Momychaa ini di rumah ya gaesss. Worth to try! Ceritain ke aku kalo udah recook ~






Tuesday, September 11, 2018

Review Jujur Baju Renang Muslimah Nuna Hijab Swimwear

September 11, 2018 43 Comments
baju renang muslimah nuna hijab swimwear

Alhamdulillah sampai di bulan September. Bentar lagi saya masuk usia 28 nih, wow! Keriput di bawah mata udah mulai keliatan. Krim anti aging to the rescue, hahaha. Di akhir tahun 2018 ini rencananya kami mau kasih adik buat Rania, xixixi. Mohon do'anya yaaa netijen ❤

Sebelum merencanakan kehamilan anak kedua, ada dua hal yang pengennn banget saya wujudkan. Yang pertama, bisa nyetir. Yang kedua, bisa berenang :D

Keinginan untuk bisa nyetir dan punya SIM A alhamdulillah sudah terlaksana di bulan Juli kemarin. Tinggal keinginan kedua, yaitu bisa berenang. Sejak bulan Agustus saya sudah mulai cari-cari guru renang perempuan. Tapi entahlah adaa aja lupanya. Sampai suatu hari Rania bilang, "Bunda, Rania pengen punya adek bayi sekarang. Kok lama banget lahirnyaaa." Wqwqwq, brb saya langsung kejer target. "Tunggu ya Nak, Bunda belajar renang dulu baru kita punya adek." XD

Selain mencari guru renang perempuan, hal lain yang juga saya pikirkan adalah soal baju renang. Saya belum pernah punya baju renang sih dan selama ini cuma pakai celana panjang biasa, kaos dan jilbab. Bisa dibilang 'kostum berat' ya karena peruntukannya memang bukan untuk berenang, hihihi. Tapi saya cuek aja, lha wong selama ini andalan saya cuma meluncur dan gaya bebas modifikasi ala-ala. Yang penting gerak dan bisa pindah tempat, wqwq.

Baca : Asyiknya Berenang di Global Surya Swimming Pool Bandar Lampung

Saat memutuskan serius les renang, mau gak mau saya harus cari baju renang. Selain ringan, baju renang beneran juga akan membuat pergerakan kita lebih nyaman. So, mulailah saya hunting baju renang muslimah di instagram dan beberapa market place. Lalu akhirnya bertemu dengan akun Nuna Hijab Swimwear ini.

baju renang syar'i
Akun @nunahijabswimwear di instagram

Yang membuat saya tertarik dengan baju renang dari Nuna Hijab Swimwear ini adalah karena penampakan baju yang sesuai dengan kriteria saya, yaitu longgar, tidak ketat. Bahan baju terlihat berbeda dari baju renang pada umumnya. Plus semua jilbabnya menutup dada. Langsung deh kepo-kepo akun instagramnya dan baru 'ngeh' ternyata mereka punya dua model baju renang yang berbeda, yaitu RDAB (Renang Dewasa Atas Bawah) dan RDDB (Renang Dewasa DoBel). Berikut saya jembrengin perbedaan dan persamaannya yaa untuk dijadikan bahan pertimbangan.

Perbedaan baju renang RDAB dan RDDB:

RDAB 
~ Model atas bawah terpisah. Satu set terdiri dari jilbab, baju dengan karet di pinggang dan celana
~ Pergelangan tangan ADA karet, pergelangan kaki TANPA karet
~ Harga Rp 175.000 - Rp 180.000 

review baju renang muslimah syar'i
Baju renang muslimah model RDAB

RDDB
~ Model celana terusan/jumpsuit. Satu set terdiri dari jilbab, baju dan jumpsuit
~ Pergelangan tangan dan kaki ADA karet
~ Harga Rp 185.000 - Rp 190.000

Baju renang muslimah model RDDB

Persamaan baju renang RDAB dan RDDB:

Bahan parasit gezzbo dengan keunggulan ringan, cepat kering dan tidak menyerap air
~ Pilihan size S-XXXXL
~ Busui friendly, terdapat sleting di bagian depan baju dan jumpsuit 
~ Jilbab menutup dada dan ada karet pengait untuk dimasukkan ke pergelangan tangan. Jadi gak perlu khawatir jilbab tersingkap saat berenang.

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, pilihan saya akhirnya jatuh pada model RDDB. Simply karena saya pengen gerak bebas tanpa khawatir baju tersingkap. Selanjutnya saya survey harga ke beberapa market place. Saat cek toko sebelah, harga baju renang serupa ada yang sampe 300-an, huhu, akhirnya saya balik lagi ke toko online punya Nuna sendiri di Shopee dan berlanjut chat untuk info ketersediaan stok, warna dan ukuran.

Awal-awal chat sempet agak bete karena mbak admin jawabnya singkat banget, hahaha. Saya kaget juga pas disaranin pake ukuran XL. Hah? Apa gak gombor-gombor banget tuh? Maklum yak, masalah timbangan ini kan persoalan sensitip bagi para wanita, wqwq. Mungkin saat itu lagi rame orderan, jadi mbaknya lelah, hihi. Dengan tinggi badan 157 cm dan berat badan 47 kg, awalnya saya galau memilih ukuran M atau L. Tapi akhirnya pilihan jatuh pada model RDDB ukuran M dengan warna perpaduan merah dan hitam.

Detail baju renang muslimah model RDDB

Beberapa hari setelah itu, paket baju renang dataang, yeay! Packingnya rapih, laff. Begitu saya buka, ternyata warnanya biru donker, bukan hitam. Hmm, mbak admin kurang akurat saat ngasih informasi. Tapi ga masalah sih, tetep bagus, hehehe. Warna merahnya  juga  walaupun terang, tapi gak yang nyolok mata banget, cakep lah. Jadi deh baju renang RDDB ini saya pakai saat perdana les renang minggu kemarin. Akhirnya yaaaa jadi juga #2018BelajarRenang xixixi. Selama dua hari berturut-turut, saya merasa nyaman, walaupun tetap ada beberapa kekurangan.

Plus plus nya baju renang RDDB:

~ Bahannya enakeuunn. Semua baju renang di Nuna Hijab Swimwear dibuat dari bahan parasit gezzbo dan didesain longgar, gak ketat sama sekali. Sekilas persis seperti baju training untuk olahraga, tapi yang ini jauh lebih ringan. Jadi tetap pede meskipun pake celana panjang karena gak nyeplak bentuk tubuh. 
~ Setelah berenang dan kita mau kembali ke atas, namanya baju dalam posisi basah, ya pasti jadi nyeplak dan nempel badan. Tapi jangan khawatir karena bahan baju ini cepet kering. Tips nya, saya duduk dulu di pinggir kolam renang. Kibas-kibas jilbab dan baju sebentar, baru deh naik ngambil cemilan di pondokan, hahaha *laper* Dibanding baju renang lain, ngetatnya RDDB ini sangat bisa diminimalisir ya gaes. 
~ Dengan model jumpsuit, mau bergerak ky apa juga gak khawatir pinggul terbuka.
~ Bisa dipakai dua hari berturut-turut karena bahan cepat kering, xixixi. Jadwal les renang saya itu hari Sabtu sore dan Minggu pagi. Jadi setelah pulang, langsung cuci, gantung dan dikeringin pake kipas angin. Besok paginya udah siap dipake lagi, hahaha.
~ Harga sangat terjangkau dibandingkan dengan baju renang muslimah lainnya.

baju renang muslimah
Baju renang model RDDB saat basah

 Minusnya baju renang RDDB:

~ Meskipun bahannya enak, tapi untuk perenang profesional, bahan seperti ini kelihatannya bakal agak mengganggu. Karena bahan yang longgar ini mirip seperti celana training. Jadi ada rasa 'keset' 'ketarik' gitu di bagian paha saat kita mau menggerakkan kaki. Gimana yak ngejelasinnya, hahaha. Gini deh, baju renang itu memang akan jauh lebih enak kalau bahannya terbuat dari semacam spandex atau malah cuma pake bikini doang. Jelas lebih ringan, lebih bebas bergerak dan gak perlu ada rasa 'ketarik' saat mau bergerak. Tapi pilihan balik lagi ke masing-masing pribadi ya. Karena saya bukan perenang profesional dan lebih suka yang nyaman dipakai saat kering maupun basah, jadi rasa 'ketarik' itu masih bisa saya maklumi. Gak parah-parah amat kok, masih sangat tolerable dan tetep nyaman.
~ Model RDDB ini membuat saya kelabakan saat mau pipis! XD Kalau berenang ngajak Rania, sudah bisa dipastikan akan menghabiskan waktu 3 sampe 4 jam. Selama itu, biasanya saya ke kamar kecil minimal satu kali untuk pipis. Nah, model RDDB ini hyaampuun, harus buka jilbab dulu, buka atasan, lanjut buka sleting jumpsuitnya, barulah bisa pipis dengan tenang, wqwq, riweuh.
~ Meskipun busui friendly karena ada sleting yang panjang di bagian jumpsuit, tapi untuk menyusui, kita tetep harus ngangkat baju bagian atas dulu. Which is agak ribet untuk menyusui anak yang belum bisa menyusu dengan posisi duduk.

Baca : Breastfeeding 911 : Sukses Menyusui dalam Berbagai Kondisi

~ Bentuk ciput jilbab renangnya bikin wajah saya jadi ceper banget, hahaha. Apa itu ngefek di muka saya aja yaaa, wqwq. Ya sapa tau kan someday Nuna ngeluarin seri jilbab renang dengan pet kokoh dan anti tembem gitu XD

Jilbab renang yang saya bilang bikin wajah makin ceper XD

Overall untuk kesan pertama, saya sih YES  dengan baju renang dari Nuna Hijab Swimwear ini. Bahagia karena produsennya Nuna memperhatikan banget kebutuhan muslimah akan pakaian syar'i saat berenang. Ditambah lagi, saat ini mereka juga memproduksi baju renang model gamis loh. Nah, cocok tuh buat temen-temen yang tetep pengen pake rok dalam suasana apapun, hehehe.

review baju renang muslimah syar'i
Baju renang model gamis (RDG)

Next saya mau order satu lagi yang model RDAB ahhh. Atas bawah gitu. Sepertinya lebih nyaman untuk pipis dan menyusui, xixixi. Kalo kamu suka yang mana gaes? RDDB, RDAB atau RDG? Apapun pilihannya, semoga kita bisa tetap nyaman berolahraga sunnah dengan menutup aurat yhaa ~